Hidup dalam paradigma tiga dimensi berarti kita punya keyakinan penuh terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, dan tidak menutup telinga pada kebenaran baru yang ternyata bertentangan dengan keyakinan lama kita.
Ini berarti, kita turut membuka diri pada sesuatu yang tidak diketahui, sebab dari keingintahuan itulah kita memperkaya pengetahuan diri sendiri. Dan pengetahuan yang terbuka luas akan mendatangkan kebahagiaan. Percayalah!
Pada beberapa abad yang lalu, umat manusia percaya bahwa planet bumilah yang menjadi pusat tata surya kita. Tetapi kemudian, Nicolaus Copernicus mengemukakan teori Heliosentrisme, yang meyakini matahari sebagai pusat tata surya.
Teori ini banyak ditentang dan menjadi kontroversial pada awalnya. Mayoritas orang menutup mata dan tidak ingin kepercayaan lama mereka digugah. Salah seorang yang kita kenal punya sikap elastis di sini adalah Galileo.
Dia mengembangkan teori tersebut dan pada akhirnya menganggukkan kepala pada Copernicus. Lantas bagaimana nasib Galileo? Tragis! Kini kita tahu siapa yang lebih (mendekati) kebenaran!
Satu tragedi itu saja bisa menjadi contoh yang kuat tentang betapa pentingnya untuk bersikap elastis dan tidak kaku. Sebab bagi mereka yang bermental kaku, mereka adalah kayu-kayu yang berbadan keras, tetapi akan patah berceceran oleh cara yang sepele.
Hidup yang tiga dimensi membuka banyak ruang pada kita untuk ditempati. Jika tempat yang kita duduki berada di jalan kekeliruan, sepatutnya kita punya kerendahan hati untuk berpindah pada jalan yang lebih benar.
Bertindak dengan kesopanan
Sangat mudah untuk merendahkan dan menyerang mereka yang kita pandang sebagai musuh atau telah memperlakukan kita dengan buruk, tetapi dibutuhkan kekuatan yang tangguh untuk melihat mereka secara mendalam dan memperlakukan mereka dengan hormat.
Paradigma tiga dimensi menuntut kita untuk membuka pandangan terhadap sesuatu yang kita benci. Sebab jika Anda bersikap amat kasar terhadap musuh Anda, kesadaran yang terpenting adalah, Anda juga merupakan musuh darinya.
Dan itu berarti, Anda juga layak mendapatkan sikap yang kasar dari pandangannya.
Tetapi akan lain cerita saat Anda punya kesopanan dalam bertindak, sekalipun pada musuh Anda. Jika orang yang Anda hadapi benar-benar seorang manusia, dia punya hati yang akan menggerakkannya untuk menyeimbangi perilaku Anda.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!