Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyingkap Kunci Sabar dalam Menghadapi Masalah Kehidupan

25 Juni 2021   17:42 Diperbarui: 28 Juni 2021   00:17 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sabar dengan sekadar menerima saja tidaklah mudah | Ilustrasi oleh Pexels via Pixabay

Ketika saya berpikir tentang naluri seekor kucing, saya turut memposisikan diri seandainya saya seekor kucing. Meskipun terdengar konyol, tapi pembuktian sebenarnya ada pada hasil akhir. Saya sama sekali tidak memaki kucing tersebut, malahan saya memberinya makan.

Penerimaan terhadap suatu masalah akan semakin kuat saat penerimaan tersebut disertai alasan yang rasional. Di sinilah pikiran berperan. Dengan kebutuhan untuk mengerti inilah kita tahu bahwa pengetahuan seseorang punya pengaruh yang fundamental.

Tidak semua orang bisa mengerti bahwa seekor kucing dikendalikan oleh nalurinya. 

Kebanyakan orang akan menyamakan kucing dengan manusia sehingga mereka pun memukuli atau memaki-maki kucing tersebut. Padahal semua itu hanya memperjelas kebodohan mereka.

Pada titik inilah kita bisa tahu bahwa kesabaran akan lebih mudah bagi mereka yang berpengetahuan tinggi.

Tetapi berhenti di pikiran saja hanya menyamakan kita dengan para perampok kelas atas itu. Diperlukan dorongan perasaan dari hati untuk benar-benar mengerti, sehingga tindakan kita dalam tahap selanjutnya bisa terkendali.

Misalnya Anda begitu kesal ketika barang yang baru saja Anda beli tiba-tiba rusak. 

Mengertilah kalau hakikat sejati dari setiap barang adalah kemungkinannya untuk mengalami kerusakan. Dorong perasaan Anda untuk memaklumi, dan dengan begitulah kesabaran dapat terukir.

2. Menanamkan kepercayaan

Ah, saya mengerti tentang seberapa kesalnya Anda saat seorang teman tidak kunjung membayar utangnya kepada Anda. Mungkin kepalan tangan Anda sudah begitu keras hingga tidak sabar lagi ingin memukul mulutnya yang sering menyampaikan alasan.

Cobalah tanamkan kepercayaan terhadapnya bahwa dia benar-benar belum mampu membayar utangnya, bahwa dalam waktu dekat dia akan membayarnya, bahwa semua alasan itu benar adanya bahwa dia sendiri juga ingin segera melunasi utangnya.

Mungkin itu terkesan "menipu diri sendiri" lewat pemikiran-pemikiran positif. Dan saya mesti mengakuinya bahwa itu tidak keliru. Tetapi itulah wujud asli dari kesabaran: pahit untuk mengharapkan hasil yang manis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun