Jika keadaan memungkinkan, kita akan segera bertemu lagi. Mungkin di waktu itu, di antara kita berdua tidak akan ada lagi persahabatan.
Engkau telah melupakanku atas pelarianmu dari dunia, dan aku tengah sempoyongan bersama kebahagiaan yang memabukkan di dalam batu yang melayang ini. Besok segalanya akan berlalu.
Yang belum terjangkau oleh penaklukanmu adalah, keyakinanku sendiri atas keberadaan tujuan penciptaan. Aku tidak akan menyerah untuk itu. Bahkan ketika kemenanganmu amat menggoda, aku tidak akan melepaskan roda kemudiku demi alasan apa pun.
Kini aku lebih dekat denganmu di samping keterpisahan jarak. Tetapi dalam kesempitan ruang yang kita bagi bersama nanti, mungkin kabut-kabut permusuhan akan menyesakkan kerongkongan kita masing-masing.
Aku akan menunjukkan padamu tentang kebesaran pemberontakanku untuk melucuti pelarianmu. Keberanian macam apa yang kau kagumi hingga demikian yakinnya akan keputusanmu itu? Sebaliknya, aku mengagumi keberanian seorang pemberontak!
Sekadar hidup saja tidaklah cukup; pengulangan untuk ketiga kalinya selalu bagus untuk menutup sebuah surat.
Jadi, angkat topi Anda, Tuan-tuan! Seorang penakluk dunia telah menyerukan kemenangannya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H