Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sirene Kematian: Sebuah Imbauan Kedaruratan Pandemi

18 Juni 2021   10:22 Diperbarui: 18 Juni 2021   10:35 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di saat masyarakat mulai terbiasa, kasus positif malah semakin melonjak yang menandakan pandemi belum berakhir | Ilustrasi oleh Gerd Altmann via Pixabay

Pembaca yang budiman, heroisme berjalan sia-sia sebab ini penderitaan bersama. Tidak akan ada satu atau beberapa pahlawan. Setiap orang harus menjadi pahlawan atas dirinya sendiri.

Bukan berarti harus mementingkan diri sendiri, tapi jujurlah pada diri sendiri sebagai manusia yang punya tanggung jawab. Dan kemenangan setiap individu itulah yang pada akhirnya akan meledakkan kembang api kemenangan bersama.

Fatalisme juga bukan suatu paham yang baik untuk mengisi kehidupan. Meskipun fakta bahwa setiap orang diawasi oleh takdirnya, tetapi tidak sepatutnya juga kita menyerah padanya. Adalah pemberontakanlah yang pada akhirnya melahirkan makna kehidupan.

Katanya tidak ada masa lalu ataupun masa depan, yang ada hanyalah saat ini. Tetapi Penulis beranggapan, masa lalu ada dalam kenangan sebagai pembelajaran dan masa depan ada dalam harapan sebagai bara semangat.

Saat ini hanyalah bentuk dari perjuangan untuk jujur pada diri sendiri sebagai manusia.

Di tengah situasi suram yang belum usai ini, kesadaran amatlah penting untuk menjaga kewarasan diri. Kita tidak sepatutnya ketergantungan pada hal-hal di luar diri kita sendiri. Adalah sangat penting untuk bersikap kritis terhadap nilai-nilai yang ada saat ini.

Harapan yang biasanya mendatangkan kekecewaan ternyata bisa berperan penting dalam situasi pelik seperti sekarang. Lewat harapanlah, kita semua bisa menyatukan kekuatan bersama kejujuran demi tercerabutnya batang-batang besi yang tak kasat mata ini.

Ingat baik-baik, bahwa pandemi adalah penjara kita bersama! Kita ingin cepat-cepat bebas dari kurungan yang memuakan ini! Hal terpentingnya adalah, kita mesti jujur pada tanggung jawab kita sendiri, dan melaksanakan yang satu tidak seharusnya mengabaikan yang lain.

Keseimbangan memang tidak mudah, tetapi dapat diperjuangkan. Meskipun hasilnya tidak bisa sempurna, tetapi selalu ada ruang untuk mendekati kesempurnaan.

Satu-satunya yang kita tahu sekarang adalah adanya harapan yang menyatukan kita. Tapi apalah arti harapan jika setiap orang tidak bisa jujur sebagai manusia. Arti eksistensi kita sebagai manusia sedang dipertaruhkan oleh kejujuran! Tidakkah itu begitu jelas?

Masa depan selalu ada di hadapan kita. Mendung atau cerah, bergantung dari seberapa jujurnya kita sebagai manusia dan memedulikan nilai-nilai kita sebagai manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun