Dalam beberapa momen, saya merasa menjadi pihak yang paling benar daripada orang lain ketika di kelas. Dan ini jelas sangat buruk untuk perkembangan saya. Karena ketika saya terjebak di dalam gua saya sendiri, saya tidak tahu keindahan gua milik orang lain.
Bahasa lainnya adalah pahami betul bahwa setiap orang punya "kacamatanya" masing-masing. Setiap individu melihat realitas dengan caranya sendiri. Jadi hormati mereka dan berhenti bersikap subjektif.
Sebab tidak sepenuhnya kita benar dan tidak sepenuhnya mereka salah. Masing-masing pihak (selalu) mengandung kebenaran.
Bebaskan diri dari dogmatisme
Banyak orang yang merasa telah berkembang sedemikian jauh, padahal mereka menempuh jalan yang keliru. Mereka pun kehilangan banyak waktu untuk kembali dan pada akhirnya harus mengulanginya dari awal.
Satu dari beberapa cara agar terhindar dari hal semacam itu adalah dengan membebaskan diri dari dogmatisme. Dogmatisme berarti paham yang berdasarkan dogma. Sedangkan dogma adalah suatu pengetahuan yang tidak boleh dibantah kebenarannya.
Mereka yang dogmatisme biasanya terikat oleh kelompoknya atau suara mayoritas. Jika kebanyakan orang menganggap A sebagai benar dan tidak boleh dibantah, maka seseorang yang dogmatisme pun akan tunduk serta patuh.
Ini berbahaya karena pada dasarnya, kebenaran tidak bisa di-voting. Dalam beberapa kasus, kebenaran bertengger di sisi minoritas, bahkan tidak di antara keduanya.
Seseorang yang ingin selalu berkembang harus berusaha untuk memastikan keyakinannya sendiri sebelum memutuskan untuk setuju dengan pihak lain. Maka berpikir kritis menjadi suatu kebutuhan utama agar kebenaran dapat terungkap.
Ya ... masyarakat kita begitu banyak yang dogmatisme. Mereka hanya percaya pada apa yang dikatakan otoritas---entah kelompok atau individu---sebab menjadi jalan mudah untuk melewati proses berpikir.
Berpikir adalah pelangi yang terlanjur dibenci banyak orang.
Setidaknya tunda dulu kesimpulan sebelum memutuskan, karena jalan yang kita ambil secara otomatis kebanyakan berada pada jalur yang keliru.