Dan di masa sekarang ini, kita duduk pada titik kritis di samping perkembangan teknologi yang begitu pesat. Segala bidang kehidupan mulai beralih ke arah virtual.
Ketidakpuasan, isolasi, kesepian sedang meningkat. Media sosial menggantikan hubungan antar manusia. Kita melihat semua orang seperti serupa: berlomba-lomba mencapai puncak status sosial. Bagaimana kita melestarikan keunikan manusia?
Mengingat kemerosotan adab dan terjadi konflik di mana-mana, pelestarian buku harus lebih dilestarikan ketimbang masa-masa sebelumnya.
Kita membutuhkan buku seperti kita membutuhkan makan. Buku adalah makanan bergizi untuk pikiran kita.
Buku adalah taman bermain yang mengasyikkan bagi pikiran. Siapa pun yang membencinya hanya belum menemukan taman bermain yang disukainya. Jadi jika Anda benci buku, Anda belum menemukan buku yang tepat.
Dunia sastra yang juga terkandung dalam buku adalah sesuatu yang menyatukan kita melintasi ruang dan waktu. Sastra bisa dibilang merupakan bentuk ekspresi manusia tertua yang kita ketahui.
Meskipun nenek moyang kita belum mempunyai bahasa dalam berkomunikasi, mereka telah menciptakan dunia sastra lewat lukisan-lukisan di dinding gua. Sastra jauh lebih tua dari yang kita duga.
Sastra mencatat dan melestarikan kisah manusia yang terus berkembang. Itu mengundang kita untuk merefleksikan kehidupan kita dan memancing kita untuk berpikir.
Penyair Portugis, Fernando Pessoa pernah berkata, "Sastra adalah cara yang paling menyenangkan untuk mengabaikan kehidupan." Dia memang mengatakan hal yang luar biasa.
Kita juga pasti pernah merasakan fase terberat dalam hidup kita dan ingin untuk menghilang sejenak dari kebisingan dunia. Dan seperti kata Pessoa, sastra adalah sesuatu yang kita cari dalam momen seperti itu.
Ketika saya membaca buku, dunia di sekitar saya rasanya tiba-tiba menghilang. Kemudian detik demi detik berlalu bersama kabut lembut kata-kata dan emosi.