Izinkan saya berbagi sesuatu dengan Anda: sibuk untuk "tidak melakukan apa-apa" adalah gangguan.
Apa yang saya maksud di sini bukanlah menyibukkan diri untuk tidak melakukan apa-apa, melainkan hanya tidak melakukan apa-apa.
Ada perbedaan yang mendasar di sini.
Jika Anda menyibukkan diri untuk tidak melakukan apa-apa, Anda melakukannya dengan terpaksa. Anda menerobos agenda Anda yang mungkin penting, dan kemungkinannya Anda menjadi resah karena pikiran tetap berkelana pada sesuatu yang Anda tinggalkan.
Namun, ketika Anda memberi waktu pada diri Anda untuk "menjadi" daripada "menyibukkan", otak Anda mengkonsolidasikan pembelajaran dan membantu Anda menyimpan informasi.
"Mode Pesawat" tidak didorong oleh harapan. Ia terjadi begitu saja sehingga Anda mungkin tenggelam ke dalamnya. Tetapi jika Anda mendorongnya dengan paksa, Anda malah menjadikan itu sebagai polusi bagi pikiran Anda.
Saya tidak melakukan apa-apa tanpa diiringi dengan tujuan. Saya hanya tahu bahwa tanpa istirahat, saya kekurangan efektivitas.
Tidak melakukan apa-apa juga bukan berarti kemalasan. Justru, ini merupakan bagian dari produktivitas; sebuah gaya pegas untuk melesat dengan lebih efektif.
Dengan mengaktifkan "Mode Pesawat", waktu menganggur sama sekali tidak menganggur karena menjadi pemicu efektivitas kinerja.
Kemalasan terjadi ketika Anda mengabaikan sesuatu yang amat penting. Sedangkan Mode Pesawat terjadi ketika Anda meluangkan waktu untuk berhenti dan menjadi lebih produktif.
Tapi jika kemalasan diartikan sebagai seseorang yang tidak melakukan apa-apa, dengan ironis, saya harus katakan bahwa Anda sebaiknya rutin memeluk kemalasan.