Bagi sebagian orang, media sosial dapat menjadi katalisator yang ampuh dalam memerangi rasa kesepian.
Bagaimana kita menjelaskan kontradiksi semacam ini?
Penelitian mengungkapkan bahwa media sosial dapat efektif mengatasi kesepian jika digunakan untuk meningkatkan hubungan yang sudah ada, atau menjalin hubungan baru yang bermakna.
Di sisi lain, media sosial dapat meningkatkan rasa kesepian jika digunakan sebagai pengganti dari interaksi sosial di kehidupan nyata. Jika Anda menghabiskan separuh hari Anda untuk media sosial sebagai pengganti koneksi nyata, perasaan kesepian akan memburuk.
Jadi, ini bukan sepenuhnya kesalahan media sosial itu sendiri, tetapi bergantung dari cara kita mengintegrasikannya ke dalam kehidupan kita saat ini.
Hal ini didukung dengan adanya penelitian yang membuktikan bahwa media sosial membantu remaja introvert dalam mengembangkan keterampilan sosialisasi.
Maka, "diet" media sosial dapat menjadi solusi kita. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa membatasi penggunaan media sosial hingga 30 menit dalam sehari dapat meningkatkan kesejahteraan yang signifikan.
Bekerja dengan 143 mahasiswa, para peneliti menemukan bahwa mereka yang membatasi penggunaan media sosial hingga 30 menit dalam sehari selama tiga minggu memiliki penurunan signifikan terhadap rasa kesepian dan depresi.
Dengan catatan, mereka mengganti waktu yang sebelumnya digunakan untuk media sosial menjadi waktu untuk melakukan hobi mereka. Seperti yang kita tahu, hobi adalah kegiatan yang dilakukan sesuai diri ideal kita. Jelas itu meningkatkan kebahagiaan.
Saya telah membuktikan kebenaran dari penelitian itu. Ketika saya mulai membatasi diri dari media sosial, saya punya waktu lebih untuk berkontemplasi di alam terbuka.
Terkadang saya sambil menulis, bersenandung, atau hanya memandang kosong apa yang ada. Saya terpana oleh alam yang begitu eloknya. Terkadang saya bertanya-tanya, mengapa orang-orang melewatkan keindahan ini?