Kemudian kita merasa menjadi pihak yang kalah, dan lalu mengembangkan standar ideal kita menjadi lebih tinggi. Ini jelas menggeserkan standar ideal kita menuju kehidupan yang delusional.
Sejauh apa pun kita mengejar kesempurnaan, selalu ada ruang untuk menjadi lebih baik; itulah hukum kehidupan.
Perasaan dikucilkan
Anda sedang berselancar di Facebook dan menemukan postingan sahabat Anda yang sedang berlibur ke pantai bersama sahabat Anda yang lain. Kemudian Anda menggeser foto-foto itu ke samping, ada 9 foto di sana.
Dan... kejutan! Anda tidak menemukan diri Anda sendiri dalam foto-foto tersebut. Apa yang Anda rasakan? Marah? Sedih?
Kesepian; itu dia. Melihat foto sahabat Anda itu hanya akan membangun narasi palsu bahwa Anda sendirian dan tidak disukai.
Platform seperti Facebook dan Instagram, sering tidak disadari, dapat meningkatkan perasaan atau persepsi bahwa Anda sedang dikucilkan. Mengarahkan Anda pada perasaan terluka dan isolasi sosial bagaikan penjara gaib.
Perundungan siber
Seorang teman pernah bercerita bahwa dia menjadi korban dari perundungan siber. Kemudian saya melihat beberapa postingannya di Facebook.
Dan memang benar, kolom komentarnya dipenuhi pesan-pesan yang mengancam, pengungkapan aib masa lalu, bahkan persuasi untuk menjauhinya hanya karena penampilannya yang...
Perundungan siber tersebut telah membuat teman saya merasa dikucilkan. Ketika muncul keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain, sering muncul rasa takut dalam waktu yang bersamaan. Pada akhirnya, dia kesepian.
Apa yang harus kita lakukan?
Meskipun ada bukti lebih banyak kesepian di antara pecandu media sosial, ada juga bukti yang menunjukkan bahwa penggunaan media sosial dapat mengurangi rasa kesepian.