Lho, bagaimana bisa layak, wong kemampuan mencintai saja masih keliru, masih buta dengan fisik, masih tergiur dengan materi. Jika kemampuan mencintai saja masih gagap, meskipun kita banyak dicintai orang, kita tidak akan bisa menikmati sesuatu yang disebut cinta.
Lantas, bagaimana mencintai yang baik itu? Sederhana: mencintai dengan ikhlas.
Seperti yang diungkapkan Gabriel tadi, saya mencintai dia bukan karena dia memiliki banyak hal yang memikat saya, tapi saya mencintainya karena dia adalah dia. Dengan kata lain, cinta itu tanpa syarat!
Jika Anda rajin beribadah karena mendengar ceramah para pemuka agama yang mengatakan bahwa ibadah itu mengantarkan kita ke surga, maka ibadah Anda belum sepenuhnya ikhlas. Bagaimana seharusnya? Ya sudah, cukup hanya untuk Tuhan semata. Surga atau neraka bukan urusan Anda. Toh kalau Anda dekat dengan Tuhan, mustahil Anda dicelupkan ke neraka.
Begitu pun dalam hal mencintai. Jika cinta yang Anda miliki dibangun atas dasar "persyaratan", maka itu sangatlah rapuh dan busuk. Anda hanya harus memilih untuk mencintainya; hanya itu barangkali.
Seperti seorang ibu yang mencintai anaknya. Ia tak pernah menuntut suatu timbal balik kepada anaknya, hanya berusaha mengasihi tanpa pamrih. Mungkin rela berkorban apa pun juga, dan itu pilihannya. Barangkali begitulah cinta yang murni.
Dan ini yang mungkin paling menakutkan dari cinta sejati: Anda tidak harus terobsesi untuk memilikinya. Ya, pembaca, silakan ulangi kalimat itu!
Hasrat untuk memiliki termasuk sebuah persyaratan, sedangkan cinta sejati datang tanpa syarat. Duh, sudah waktunya kita belajar bahwa melepaskan pun artinya cinta juga!
Ketika Anda memelihara seekor burung, bukanlah cinta sejati jika Anda selamanya mengurung burung itu dalam sangkar. Pada waktu yang tepat, Anda harus melepaskannya ke alam bebas untuk melihatnya bahagia.
Ironisnya, Anda pun (terkadang) harus membiarkan orang yang Anda cintai untuk lepas dan bebas jika itu membuatnya bahagia. Tapi percayalah, orang yang benar-benar mencintai Anda tak akan melakukan itu!
Tapi intinya, cinta sejati itu tentang keikhlasan. Jika Anda benar-benar cinta kepada Tuhan, Anda tidak akan butuh lagi dengan iming-iming masuk surga atau pahala untuk beribadah. Anda hanya akan melakukannya untuk Tuhan semata.