Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Surat Terakhir

17 Maret 2021   14:44 Diperbarui: 17 Maret 2021   14:53 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita menari, bermain, bercengkerama, dan tertawa di dalam dunia yang asal-usulnya tak bisa kita mengerti. Tarian dan permainan ini adalah musik kehidupan.

Namun, ada sesuatu yang mesti kutanyakan kepadamu, Antreas. Nyaris mustahil bagiku untuk menunggu lebih lama lagi.

Bayangkan kamu berada di awal dongeng akbar ini, suatu waktu miliaran tahun yang lalu ketika segala sesuatu baru diciptakan. Dan kamu boleh memilih apakah kamu ingin dilahirkan untuk hidup di planet ini. Kamu tidak tahu kapan kamu akan dilahirkan, tidak juga berapa lama kamu akan hidup, tapi itu takkan lebih dari beberapa tahun.

Yang kamu ketahui hanyalah bahwa, jika kamu memilih untuk hadir pada tempat tertentu di dunia ini, kamu juga harus meninggalkannya lagi suatu hari dan pergi meninggalkan segalanya.

Ini mungkin akan menimbulkan duka yang dalam pada dirimu karena banyak orang berpikir bahwa kehidupan di dalam dongeng akbar ini begitu indah sehingga sekadar memikirkan bahwa ini akan berakhir begitu saja pun bisa membuat mereka mengucurkan air mata.

Segalanya begitu menyenangkan di sini sehingga sangat pedih untuk membayangkan bahwa pada suatu ketika, hari-hari tidak akan ada lagi.

Apa yang akan kamu pilih, Antreas, jika ada sebuah kekuatan yang lebih tinggi memberimu pilihan? Barangkali kita bisa membayangkan semacam peri kosmik dalam dongeng akbar yang aneh ini.

Akankah kamu memilih untuk tinggal di bumi, entah untuk waktu yang singkat atau panjang, dalam seratus ribu atau seratus juta tahun? Atau akankah kamu menolak untuk ikut dalam permainan ini karena kamu tak menyukai peraturannya?

Kiranya aku membuatmu kecewa, Antreas, karena sekarang aku mulai menangis. Aku tidak sengaja, dan aku segera mencoba untuk menahan diri. Tapi aku terisak.

Sekali lagi, malaikat mungilku, akankah kau memilih untuk hidup di bumi setelah mengetahui dengan pasti bahwa kau akan tiba-tiba dicabut dari sana, dan barangkali di tengah-tengah kebahagiaan yang memabukkan?

Atau, akankah kau, bahkan pada tahap yang paling awal, dengan hormat menolak untuk ikut dalam permainan ini? Kita datang ke dunia hanya sekali. Kita masuk ke dalam dongeng akbar ini hanya untuk melihat ceritanya berakhir!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun