"Kamu bercanda?"
"Kamu pikir dari mana asal cahaya matahari? Ia hanyalah cermin yang meminjam cahaya Tuhan."
"Sungguh?"
"Aku tak berada di sini untuk membohongimu, manusia."
"Namaku Fadhira Nasyiwa. Panggil saja Dhira."
"Nama yang indah."
"Ya, kukira kamu benar. Hanya saja tak pernah terpikirkan olehku bahwa matahari meminjam cahaya Tuhan, sama seperti rembulan yang meminjam cahaya matahari."
Beberapa detik tak ada yang bersuara. Akhirnya Malaikat Arsa berkata, "Kau juga meminjam cahaya Tuhan, Dhira. Kau juga adalah cermin Tuhan. Karena, apa jadinya kau tanpa matahari, dan apa jadinya matahari tanpa Tuhan?"
Dhira tersenyum lebar. "Berarti aku ini adalah sebuah rembulan mungil."
"Dan sekarang kau menyinariku."
"Ah, itu aneh, tapi sangat indah untuk sebuah pujian." Dhira sedikit gemetar sekarang ini. Bukan karena dingin, tapi karena semua ini terasa sebuah mimpi.