Ini juga seperti kita saat sedang berlari di atas treadmill. Kiranya kita sudah berlari sangat jauh, namun kita tetap berada di tempat yang sama.
Kaum Sinis sedikit banyak telah memberikan jawabannya pada kita. Kebahagiaan sejati datang saat kita merasa cukup dengan apa-apa yang jelas ada. Dan ini berarti, kebahagiaan sejati bisa diraih semua orang.
Siapa bilang seorang pangeran lebih bahagia daripada seorang pemulung pinggiran kota? Jika itu Anda, maka saya sangat menyayangkan, bahwa Anda terlalu cepat mengambil kesimpulan.
Lebih-lebih lagi, kebahagiaan sejati akan tertanam saat kita menggantungkan diri pada sesuatu yang abadi pula. Kita dihadapkan pada dunia yang segala sesuatunya tidak abadi dan rapuh. Dan Islam memberikan jawabannya: adalah ketika kita tergantung pada-Nya; Tuhan semesta alam raya.
Seseorang yang dekat dan mengenal Tuhannya akan hidup seakan-akan sudah tidak lagi membutuhkan hal-hal yang lain karena telah tercukupi dengan kedekatannya pada Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H