Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kebahagiaan Sejati ala Kaum Sinis

3 Januari 2021   09:59 Diperbarui: 3 Januari 2021   10:02 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesederhanaan membawa kita pada situasi, di mana kita tak lagi peduli dengan segala sesuatu yang acak dan kiranya tidak kita butuhkan. Dengan kata lain, orang-orang yang hidup dengan sederhana akan sangat paham; mana kebutuhan dan mana keinginan.

Kaum Sinis percaya bahwa orang tidak perlu memikirkan kesehatan diri mereka. Bahkan penderitaan dan kematian tidak boleh mengganggu mereka. Pun mereka tidak boleh membiarkan diri tersiksa karena memikirkan kesengsaraan orang lain.

Konon, seorang Kaum Sinis bernama Diogenes hidup dalam sebuah tong yang tidak memiliki apa pun kecuali sebuah mantel, tongkat, dan kantong roti. Bayangkan betapa tidak mudahnya mencuri kebahagiaan darinya!

Suatu hari, dia sedang duduk di samping tongnya sembari menikmati cahaya matahari menusuk ke badannya. Saat itu juga, dia dikunjungi oleh Alexander Agung. Sang Maharaja berdiri di hadapannya dan bertanya, "Apakah saya dapat melakukan sesuatu untuk membantu Anda? Adakah sesuatu yang Anda inginkan?"

"Ya," jawab Diogenes, "bergeserlah ke samping. Anda menghalangi sinar matahari."

Begitulah cara Diogenes membuktikan, bahwa dia tidak kalah bahagia dan "kaya" dibandingkan dengan pria agung di hadapannya. Dia telah memiliki semua yang diinginkannya.

Barangkali Anda bertanya-tanya, terkait alasan saya mengangkat kebahagiaan sejati ala Kaum Sinis. Sepele saja, Pembaca. Kaum Sinis seakan-akan telah "meramalkan" apa yang saya alami.

Ketidakbahagiaan saya sering datang dari rasa iri dan ketidakpuasan. Iri melihat orang-orang begitu "mudahnya" mendapat apa yang mereka inginkan. Ketidakpuasan pada diri sendiri atas segala yang dimiliki, sesuatu yang sudah pasti.

Itu hanya cara lain untuk mengatakan, bahwa kebahagiaan tak harus dikejar. Semakin kita mengejar, semakin kita dibuat maju. Ia hanya bercokol di angan-angan kita seperti wortel yang tergantung di seutas tali pada tongkat di punggung kita.

Menurut Philip Brickman dan Donald T. Campbell, tingkat kebahagiaan manusia cenderung sangat cepat untuk kembali stabil, terlepas dari terjadinya perubahan dalam hidup yang positif atau bahkan sangat negatif. Ini karena manusia tak pernah merasa puas. Selalu saja ada sesuatu yang harus dimiliki terlepas dari apa pun yang kita raih.

Jika saya menganggap bahwa kebahagiaan saya adalah membeli mobil baru; itu sungguh omong kosong! Setelah saya membeli mobil baru, kebahagiaan itu akan segera kembali stabil dan saya mulai menginginkan sesuatu yang lain. Mungkin berlibur ke pantai, atau membeli kapal pesiar pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun