Apa yang ibu ucapkan kepada saya setiap kali saya menempati peringkat 1 di kelas (lihat paragraf ke-7) telah membuat saya berkembang sejauh ini. Karenanya, saya tak pernah menggantungkan diri pada "angka". Saya hanya belajar; hanya belajar. Dan "peringkat" itu, datang dengan tanpa diundang.
Ibu telah menginspirasi saya menemukan konsep "Pembelajaran Bebas Aktif". Anda bisa membacanya di sini.
Satu-satunya Nasihat yang Paling Diingat
Ibu pernah memberi saya beberapa nasihat, tentu saja. Tetapi jika saya harus memilih mana nasihat yang paling berpengaruh dalam hidup saya, ibu pernah mengatakan, "Jangan menggurui seorang pun."
Begitu padat dan singkatnya nasihat itu. Tetapi sebongkah emas pun tak mampu menyaingi tingkat "berharganya".
Pada awalnya, saya tidak cukup serius menanggapi nasihat itu. Maksud saya, bagaimana mungkin?
Jika saya ingin membagikan pengetahuan kepada orang lain, tentu saja saya harus menggurui mereka layaknya sistem di sekolah.
Sayangnya, saya cukup terlambat menyadari makna berharga dari nasihat itu. Dan Anda benar, sepanjang masa remaja, saya sering menggurui teman-teman saya. Apalagi, saya peringkat 1 di kelas. Saya merasa istimewa.
Kenyataannya, hampir setiap orang kurang begitu suka untuk digurui.
Sekitar 1 tahun yang lalu, saya mulai tertarik dengan filsafat. Saya membaca buku-buku filsafat dan tibalah pada pembahasan seorang filosof Athena yang melegenda itu: Socrates.
Salah satu kutipan bijaknya tak bisa saya lupakan, "Aku tidak bisa mengajari apa pun kepada siapa pun. Aku hanya dapat membuat mereka berpikir."
"Ya Tuhan. Ternyata ini yang dimaksud ibu!" Besit saya dalam hati.