Sebelum pandemi banyak wisatawan yang membeli gudeg karena direkomendasikan oleh dinas pariwisata. "kalau wisawatan luar daerah yang ingin menyantap gudeg bisa datang kesini karena di rekomendasikan oleh dinas pariwsata, tapi karena tempat wisata tutup jadi gaada lagi wisatawan yang kesini, hanya orang jogja yang lewat di depan jalan aja yang membeli," Imbuhnya.
Bucep kemudian menuturkan bahwa awal-awal pandemi pendapatannya masih normal, justru saat ini pendapatannya semakin berkurang signifikan, Hal ini dikarenakan banyak mahasiswa yang pulang. " dulu yang sering makan disini anak-anak mahasiswa, awal-awal kemarin masih banyak mahasiswa sekarang suddah ga banyak seperti dulu, disini juga banyak kos-kos-an tapi kosong gaada orang," Ucapnya dengan raut sedih.
"roh nya UMKM jogja itu mahasiswa dan wisatawan, kalau mereka gaada ya otomatis pendapatan umkm juga menurun". ucap Slamet. "kalau mahasiswa pada pulang semua gaada pembeli, Cuma nunggu pembeli yang lewat di muka jalan aja," sambung slamet.
Bucep juga menceritakan kalau warung-warung yang berada di sampingnya tutup ketika pandemi ini. " awalnya yang jualan disini banyak, disamping-samping saya sudah tutup, Cuma saya yang masih buka". Ucapnya sedih. Kemudian menunjuk warung yang baru buka di sampingnya. " yang disamping ini baru saja buka ketika awal tahun kemarin," Sambungnya lagi.
Bucep juga berpesan terhadap pemerintah agar tidak membuat peratuan yang dapat memberatkan pelaku usaha UMKM, "kalau bisa pemerintah jangan terlalu menjerat pedagang kecil, karena pendapatan kami tidak seberapa, kami jualan untuk bertahan hidup," Tutupnya dengan penuh harap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H