Mohon tunggu...
Muhammad Ridwan
Muhammad Ridwan Mohon Tunggu... Lainnya - Tak ada yang tetap dibawah langit

Ayo menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ke Mana Semesta Membawa Kita

17 Februari 2023   14:14 Diperbarui: 17 Februari 2023   14:18 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku benci mahasiswa, Mahasiswa itu Kurang ajar, , kenapa polisi takut sama mahasiswa, 

ya itulah yang terbersit di pikiran saya kala gemuruh reformasi yang dimotori mahasiswa pada tahun 98.

   saat itu hampir semua pemberitaan yang tersorot di tahun pelik itu hanyalah sorak Sorai mahasiswa yang menuntut Suharto turun dari tahtanya bersama rezim orde barunya.  

Waktu itu Saya masih kelas 5 SD dan entah kenapa saya begitu bergairah mengikuti aksi yang banyak menyita perhatian dalam dan luar negri, aksi itu selalu menjadi topik pemberitaan utama semua channel televisi, apa untungnya buat saya yang masih polos yang sama sekali tak mengerti substansi gerakan reformasi itu.

yang saya tau kenapa harus ada demo semacam itu, kenapa harus rusuh sampai membakar ban di jalan, kenapa mereka berhadap hadapan dengan polisi, bahkan sesekali tersorot di tv dimana mahasiswa sedang memukuli alat pengaman si pak polisi, kenapa pula mahasiswa menuntut Suharto untuk berhenti sebagai presiden, padahal Suharto kan orang baik (persepsi saya ttng Suharto Kala itu)... 

Saya menggambarkan mahasiswa pada saat itu sebagai kelompok yang antagonis dan saya heran kenapa Bapak dan beberapa orang terdidik yg menonton di rumah saya malah mendukung gerakan mahasiswa itu, padahal mahasiswa itu kurang ajar, memukul polisi, membakar ban, membuat kegaduhan, penyebab lalulintas macet dll.(tanyaku dalam hati)... Ya begitulah pikiran seorang bocil yg masih duduk di bangku kelas 5 SD tapi sudah mengikuti arus politik yang sedang berlangsung, memasang mata dengan konten berita yang belum dapat dicerna... 

setelah mahasiswa berhasil menggulingkan rezim orde baru dan tampuk pimpinan di ambil alih oleh sang wakil Bj Habibie yang kebetulan berasal dari Sulawesi Selatan.. sesekali saya menguping pembicaraan orang-orang tua kalau lagi ngumpul di rumah,,, ( jadi tentangga tetangga saya itu sering ngumpul di rumah entah datang untuk menonton tv, "tv saya baru di beli oleh bapak untuk kebutuhan piala dunia 98 tv berukuran 14 inci tapi sudah berwarna" atau sekedar berbincang bincang karna kebetulan Bapak saya waktu itu menjabat sebagai Kepala Desa). Dalam pembicaraan itu ada yang pro ada juga yang kontra soal kepemimpinan Habibie, tapi yang paling saya ingat omongan orang tentang Habibie ialah soal harga hasil bumi, seperti cengkeh, beras dll yang harganya melambung tinggi, banyak pedagang tiba tiba jadi sukses waktu itu dan petani agak merasa puas karna hasil buminya dapat di beli dengan harga tinggi... Namun sayangnya kepemimpinan Habibie begitu singkat dan harus berhenti di tahun 1999 karna pertanggung jawabannya di tolak oleh MPR RI.. tak lama kemudian Pemilu pun di helat, kalau tidak salah ada 48 partai yang menjadi kontestan saat itu... Surat suara pun dan beberapa alat kelengkapan pemilu mulai di distribusikan ke desa desa termasuk desa saya. 

sebuah truk tiba tiba berhenti di depan rumah. aku pun langsung keluar dan berdiri melihat di sela sela kaca jendela, dengan sigap seorang kernet membuka pintu bak belakang lalu menurunkan muatan mobil truk itu... Isinya adalah beberapa peti surat suara yang nantinya akan di coblos oleh masyarakat... Surat suara itu di simpan di rumah saya sampai hari H pencoblosan... 

Setelah kotak itu sudah di atas rumah, entah kenapa saya begitu penasaran dengan isinya, akhirnya saya memberanikan diri untuk membuka kotak itu yg kebetulan tidak di gembok,, kotaknya pakai gembok hehe... Sontak orang yang bertanggung jawab mengenai kotak itu menegur saya,, " hei jangan di buka,, celetuknya.. saya pun langsung takut dan malu saat itu, karna tak mampu menahan gatalnya tangan saya untuk membuka kotaknya. Saya penasaran dengan gambar gambar partainya meski sebelumnya saya sudah sering melihat gambar gambar partai yang di siarkan di tv. 

Beberapa hari kemudian saya mendapat contoh surat suara , akhirnya saya dapat melihat langsung gambar partai itu, ya meskipun hanya contoh tapi saya sangat senang saat itu, entah kenapa saya sangat tertarik dengan gambar itu, mungkin karna warna warni gambar yang ada di partai itu atau saya hanya hanyut dengan oborolan orang orang dewasa tentang partai yang hampir setiap hari di perbincangkan ***

ketika saya mulai beranjak remaja, sesekali saya mengenang momen momen itu, terkadang saya merasa geli sendiri dan terasa lucu, aneh dengan sikap saya waktu itu, kenapa saya begitu minat dengan politik, begitu minat dengan apa yang berbau sosial, sungguh saya berbeda dengan anak anak kebanyakan yang seusia dengan saya, mereka tak mau ambil pusing dengan realitas politik, jangankan ambil pusing kenal pun nggak, tapi saya kok begitu ya (besit dalam hati) sampai sampai saya menghafal semua partai yang berjumlah 48 itu aku pun dapat menggambar logo partai itu dan itu sudah di luar kepala tanpa harus mencontek polanya, bahkan lebih anehnya lagi, aku pun berobsesi membuat partai dan aku pun seolah olah membuat partai, kalau gak salah namanya Partai keamanan rakyat.. sungguh aneh diriku kala itu, di gilakan oleh partai,, setidaknya itu menunjukkan bahwa saya begitu intens dan sangat akrab dengan logo partai di tahun itu.. ***

Menjelang akhir semester atau cawu tiga istilah saat itu, di sekolah, saya sering menjadi bulan bulanan kemarahan dari guru, terus terang saya orangnya malas malasan untuk datang kesekolah, kalaupun saya datang ke sekolah terkadang saya tidak full mengikuti mata pelajaran alias saya bolos,, akhirnya saya di cap oleh guru dan teman teman bahkan di lingkungan masyarakat bahwa saya adalah siswa yang malas, suka bolos dll, sedikit kecewa dan malu sih, tapi apa boleh buat kenyataannya memang begitu, saya malas ke sekolah, dan sering bolos, bahkan sifat kemalasan saya tertular ke beberapa teman karna saya sering mengajak untuk meninggalkan mata pelajaran terakhir sebelum pulang.. tidak rajinnya saya datang ke sekolah, itu sangat berdampak negatif terhadap prestasi saya di sekolah dan pada akhirnya tibalah waktu pengumuman kenaikan kelas.

pagi itu, saya melihat suasana kelas agak tegang, raut muka penasaran tampak jelas bagi semua siswa termasuk saya mulai dari deretan bangku depan sampai deretan bangku belakang. 

Tibalah waktunya sang guru membacakan rangking setiap siswa, saya begitu deg degan saat itu,, hati saya membuncah ruah seolah tidak mau nama saya di sebutkan karna saya tau nasib yang saya akan dapatkan pagi itu di sekolah.. akhirnya nama saya pun di sebutkan oleh guru sebut saja pak Tarno dan namaku tepat di urutan ke tiga. Saya menganggap saya dapat rangking tiga. Kecemasan saya sedikit agak menurun seakan akan mau berubah ke perasaan senang, teman teman di kelaspun menoleh ke muka saya seperti merasakan keanehan dan tak Sudi menerima dengan pengumuman itu, saya pun demikian.. sang guru kembali menegaskan bahwa Muhammad Riswan mendapat rangking 3 lalu guru diam sejenak kemudian ia melanjutkan kembali bahwa Muhammad Riswan mendapat rangking tiga tapi itu dari belakang, sontak kelas bergemuruh penuh tawa teman teman yang sempat gamang sebelumnya,, saya mengartikan tawa teman adalah sebuah nada ejekan, seolah olah memang itu yang mereka harapkan..

 sungguh saya begitu malu pagi itu, saya hanya bisa menundukkan kepala untuk menahan rasa malu, galak tawa kelas bagai himpitan bumi dan langit yang sungguh mencekik saya, saya ingin menangis tapi tak mungkin itu saya lakukan karna hanya akan memperparah keadaan. Tidak hanya itu setelah kelas agak tenang, guru saya pun melanjutkan bahwa selain saya mendapatkan peringkat buncit saya pun harus menerima konsekuensi bahwa penaikan kelas saya akan di percobakan artinya saya memang naik kelas tapi naik kelasnya tidak murni seperti teman teman yang lain dan konsekuensinya jika nanti dikelas 6 saya tidak dapat menjukkan prestasi yang baik itu artinya saya turun ke kelas lima..

 sungguh itu adalah kenyataan pahit bagi saya, sesekali pikiranku menyalahkan diriku, kenapa saya menjadi pribadi yang buruk meskipun saya menyadari bahwa semua itu adalah akibat dari kemalasanku sendiri... Jarum Jam menunjukkan pukul 12 siang itu artinya waktunya untuk pulang, aku pun pulang berjalan sendiri tanpa menegur siapa siapa, jarak antara rumah dengan sekolah relatif tidak terlalu jauh, aku berjalan kaki, kurasakan kakiku sangat kaku untuk melangkah, pikiranku begitu berat memikul pahitnya kenyataan... Hari itu kurasakan tubuhku begitu lunglai,, setibanya di rumah, begitu kagetnya saya mengetahui bahwa informasi itu begitu cepat tersebar, aku gak tau apakah itu di sebarkan oleh teman teman saya yang kebetulan banyak dari tetangga dekat saya.. saya semakin merasa tertekan dengan kenyataan itu, hal itu membuat saya hanya bisa mengurung diri dirumah seolah tak mau berbaur dengan pergumulan orang. 

Mulai sekarang, kamu harus rajin belajar, jangan malas malasan ke sekolah lagi, kalau tidak kamu akan turun ke kelas 5,, " Tegur bapak saya" .

Iya pak "jawabku"

Dengar itu!! "ibuku menambahkan"

Saya hanya diam tak dapat berkata kata lagi...

Suatu ketika, mungkin beberapa hari setelah peristiwa itu, saya berusaha untuk ikut nimbrung dengan orang orang yg kebetulan duduk di depan rumah saya, orang' yang berkumpul di situ mulai dari anak anak seusia saya sampai orang dewasa...

Seorang anak seusia saya tiba tiba menimpali saya yang ucapannya mencabit cabit hatiku..

Lucu ya kemarin, kamu sampai sampai percobaan naik kelas, "kata temanku"

Hmm" gumangku"

bagaimana bisa naik kelas murni kalau kerjanya hanya menghafal partai setiap hari "seorang keluarga dewasa berkata"

Saya hanya tertunduk malu, tak lama kemudian aku balik kerumah, tak tahan dengan lingkunganku yang begitu menghakimi,,, 

"Kenapa kalau saya menghafal semua partai, apakah itu salah, bukankah itu juga adalah sebuah pelajaran, saya yakin teman temanku yang berprestasi di kelas belum tentu tau akan hal itu "Gumamku dalam hati."***

  Aku tidak tahu kenapa aku begitu menyukai gambar atau logo, utamanya yang berkenaan dengan sosial dan politik seperti gambar partai, gambar peta. Dari gambar peta aku mengetahui bahkan menghafal nama nama provinsi beserta nama ibukotanya yang berjumlah 33 kala itu.. 

Sesekali aku melirik koleksi buku buku bapak yang terpampang rapi di lemari. Varian buku bacaan yang belum tepat untuk saya baca, meski demikian tetap aja kuambil buku itu, kubuka dari lembaran ke lembaran, mata belia diatas hamparan teks, kalimat yang terangkai menjadi sebuah gagasan yang tak mungkin di serap oleh seorang yang masih berotak kecil seperti saya..

Dari situlah saya mulai berkawan dengan buku meski tak menjadi kutu buku. Kebiasaan membaca buku melanggeng hingga saya menjadi mahasiswa dan bahkan sampai saat ini dimana saya menulis cerita ini.. 

Hampir setahun telah berlalu, aku pun melaluinya dengan penuh tahap dan di akhir kisah akhirnya aku pun mampu bertahan di kelas 6 hingga sampai pada tahap ujian penamatan tingkat SD dan Yang paling mengagetkan terutama buat diri saya sendiri, ternyata nilai hasil ujian akhir nasional aku yang paling tertinggi di antara mereka, aku tidak tahu kenapa bisa demikian, apakah itu hanya kebetulan faktor lucky saja atau mungkin efek dari seringnya aku membuka dan membaca buku terutama buku buku sosial meskipun saya tak memahami dan tak dapat menangkap ide dari buku itu, ya hanya sekedar membaca seperti anak yang lain yang sedang belajar membaca. 

mendapati nilaiku yang paling tertinggi membuat aku begitu senang, setidaknya membayar dari kegagalanku sebelumnya termasuk membungkam cibiran orang terhadapku. ***

Ketika aku sudah SMA, Sejak saat itu saya mulai sadar betapa pentingnya mengikuti standar prestasi sekolah yang nantinya akan berefek ke standar sosial, karna buruknya prestasi kita di sekolah akan bernilai buruk juga di mata sosial.

Ada cerita menarik waktu SMA, menjelang pengumuman kelulusan,. Sekitar 20 an siswa yang sudah tidak sabar mendengar pengumuman itu.. guru selalu berkata, yang lulus ujian hanya siswa yang rajin belajar, rajin masuk sekolah, saya lagi lagi tidak di perhitungkan waktu itu.

Tiba akhirnya pengumuman itu keluar, pengumuman yang menjadi petaka bagi mereka yang selama ini di andalkan. Hanya ada tiga nama yang ada di daftar siswa yang lulus, yakni nama saya dan dua orang teman, ketiga nama itu sama sekali tak masuk kategori.

"Bagaimana mungkin tiga orang ini bisa lulus, orang yang jarang masuk kelas kok bisa lulus" celoteh seorang guru ..

         ****

       Dalam hidup manusia selalu di selimuti oleh hal yang misteri, kita tidak pernah tahu hasil akhir dari sebuah cerita, Terkadang kita salah menilai seseorang hanya dari tampilan kasat mata.  

Aku teringat Sebuah Pesan penuh Makna dari Guru Agung Budha, meski aku seorang Muslim tentu saya tidak adil jika aku tidak mengakui kebenaran makna di balik ucapannya.

dalam Dhammapada syair 256-257 dikatakan bahwa "Ia yang memutuskan segala sesuatu dengan tergesa-gesa, tidak dapat dikatakan sebagai orang yang adil. Orang bijaksana hendaknya memeriksa dengan teliti mana yang benar dan mana yang salah. Ia yang mengadili orang lain dengan tidak tergesa-gesa, bersikap adil dan tidak berat sebelah, yang senantiasa menjaga kebenaran, pantas disebut sebagai orang yang adil". 

Kita harus tahu bahwa tidak ada satu pun manusia biasa di dunia ini yang bisa mendahului waktu. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun