Mohon tunggu...
Muhammad Ridwan
Muhammad Ridwan Mohon Tunggu... Lainnya - Tak ada yang tetap dibawah langit

Ayo menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ke Mana Semesta Membawa Kita

17 Februari 2023   14:14 Diperbarui: 17 Februari 2023   14:18 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lucu ya kemarin, kamu sampai sampai percobaan naik kelas, "kata temanku"

Hmm" gumangku"

bagaimana bisa naik kelas murni kalau kerjanya hanya menghafal partai setiap hari "seorang keluarga dewasa berkata"

Saya hanya tertunduk malu, tak lama kemudian aku balik kerumah, tak tahan dengan lingkunganku yang begitu menghakimi,,, 

"Kenapa kalau saya menghafal semua partai, apakah itu salah, bukankah itu juga adalah sebuah pelajaran, saya yakin teman temanku yang berprestasi di kelas belum tentu tau akan hal itu "Gumamku dalam hati."***

  Aku tidak tahu kenapa aku begitu menyukai gambar atau logo, utamanya yang berkenaan dengan sosial dan politik seperti gambar partai, gambar peta. Dari gambar peta aku mengetahui bahkan menghafal nama nama provinsi beserta nama ibukotanya yang berjumlah 33 kala itu.. 

Sesekali aku melirik koleksi buku buku bapak yang terpampang rapi di lemari. Varian buku bacaan yang belum tepat untuk saya baca, meski demikian tetap aja kuambil buku itu, kubuka dari lembaran ke lembaran, mata belia diatas hamparan teks, kalimat yang terangkai menjadi sebuah gagasan yang tak mungkin di serap oleh seorang yang masih berotak kecil seperti saya..

Dari situlah saya mulai berkawan dengan buku meski tak menjadi kutu buku. Kebiasaan membaca buku melanggeng hingga saya menjadi mahasiswa dan bahkan sampai saat ini dimana saya menulis cerita ini.. 

Hampir setahun telah berlalu, aku pun melaluinya dengan penuh tahap dan di akhir kisah akhirnya aku pun mampu bertahan di kelas 6 hingga sampai pada tahap ujian penamatan tingkat SD dan Yang paling mengagetkan terutama buat diri saya sendiri, ternyata nilai hasil ujian akhir nasional aku yang paling tertinggi di antara mereka, aku tidak tahu kenapa bisa demikian, apakah itu hanya kebetulan faktor lucky saja atau mungkin efek dari seringnya aku membuka dan membaca buku terutama buku buku sosial meskipun saya tak memahami dan tak dapat menangkap ide dari buku itu, ya hanya sekedar membaca seperti anak yang lain yang sedang belajar membaca. 

mendapati nilaiku yang paling tertinggi membuat aku begitu senang, setidaknya membayar dari kegagalanku sebelumnya termasuk membungkam cibiran orang terhadapku. ***

Ketika aku sudah SMA, Sejak saat itu saya mulai sadar betapa pentingnya mengikuti standar prestasi sekolah yang nantinya akan berefek ke standar sosial, karna buruknya prestasi kita di sekolah akan bernilai buruk juga di mata sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun