Mohon tunggu...
Muhammad Ridwan
Muhammad Ridwan Mohon Tunggu... Lainnya - Tak ada yang tetap dibawah langit

Ayo menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ke Mana Semesta Membawa Kita

17 Februari 2023   14:14 Diperbarui: 17 Februari 2023   14:18 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Menjelang akhir semester atau cawu tiga istilah saat itu, di sekolah, saya sering menjadi bulan bulanan kemarahan dari guru, terus terang saya orangnya malas malasan untuk datang kesekolah, kalaupun saya datang ke sekolah terkadang saya tidak full mengikuti mata pelajaran alias saya bolos,, akhirnya saya di cap oleh guru dan teman teman bahkan di lingkungan masyarakat bahwa saya adalah siswa yang malas, suka bolos dll, sedikit kecewa dan malu sih, tapi apa boleh buat kenyataannya memang begitu, saya malas ke sekolah, dan sering bolos, bahkan sifat kemalasan saya tertular ke beberapa teman karna saya sering mengajak untuk meninggalkan mata pelajaran terakhir sebelum pulang.. tidak rajinnya saya datang ke sekolah, itu sangat berdampak negatif terhadap prestasi saya di sekolah dan pada akhirnya tibalah waktu pengumuman kenaikan kelas.

pagi itu, saya melihat suasana kelas agak tegang, raut muka penasaran tampak jelas bagi semua siswa termasuk saya mulai dari deretan bangku depan sampai deretan bangku belakang. 

Tibalah waktunya sang guru membacakan rangking setiap siswa, saya begitu deg degan saat itu,, hati saya membuncah ruah seolah tidak mau nama saya di sebutkan karna saya tau nasib yang saya akan dapatkan pagi itu di sekolah.. akhirnya nama saya pun di sebutkan oleh guru sebut saja pak Tarno dan namaku tepat di urutan ke tiga. Saya menganggap saya dapat rangking tiga. Kecemasan saya sedikit agak menurun seakan akan mau berubah ke perasaan senang, teman teman di kelaspun menoleh ke muka saya seperti merasakan keanehan dan tak Sudi menerima dengan pengumuman itu, saya pun demikian.. sang guru kembali menegaskan bahwa Muhammad Riswan mendapat rangking 3 lalu guru diam sejenak kemudian ia melanjutkan kembali bahwa Muhammad Riswan mendapat rangking tiga tapi itu dari belakang, sontak kelas bergemuruh penuh tawa teman teman yang sempat gamang sebelumnya,, saya mengartikan tawa teman adalah sebuah nada ejekan, seolah olah memang itu yang mereka harapkan..

 sungguh saya begitu malu pagi itu, saya hanya bisa menundukkan kepala untuk menahan rasa malu, galak tawa kelas bagai himpitan bumi dan langit yang sungguh mencekik saya, saya ingin menangis tapi tak mungkin itu saya lakukan karna hanya akan memperparah keadaan. Tidak hanya itu setelah kelas agak tenang, guru saya pun melanjutkan bahwa selain saya mendapatkan peringkat buncit saya pun harus menerima konsekuensi bahwa penaikan kelas saya akan di percobakan artinya saya memang naik kelas tapi naik kelasnya tidak murni seperti teman teman yang lain dan konsekuensinya jika nanti dikelas 6 saya tidak dapat menjukkan prestasi yang baik itu artinya saya turun ke kelas lima..

 sungguh itu adalah kenyataan pahit bagi saya, sesekali pikiranku menyalahkan diriku, kenapa saya menjadi pribadi yang buruk meskipun saya menyadari bahwa semua itu adalah akibat dari kemalasanku sendiri... Jarum Jam menunjukkan pukul 12 siang itu artinya waktunya untuk pulang, aku pun pulang berjalan sendiri tanpa menegur siapa siapa, jarak antara rumah dengan sekolah relatif tidak terlalu jauh, aku berjalan kaki, kurasakan kakiku sangat kaku untuk melangkah, pikiranku begitu berat memikul pahitnya kenyataan... Hari itu kurasakan tubuhku begitu lunglai,, setibanya di rumah, begitu kagetnya saya mengetahui bahwa informasi itu begitu cepat tersebar, aku gak tau apakah itu di sebarkan oleh teman teman saya yang kebetulan banyak dari tetangga dekat saya.. saya semakin merasa tertekan dengan kenyataan itu, hal itu membuat saya hanya bisa mengurung diri dirumah seolah tak mau berbaur dengan pergumulan orang. 

Mulai sekarang, kamu harus rajin belajar, jangan malas malasan ke sekolah lagi, kalau tidak kamu akan turun ke kelas 5,, " Tegur bapak saya" .

Iya pak "jawabku"

Dengar itu!! "ibuku menambahkan"

Saya hanya diam tak dapat berkata kata lagi...

Suatu ketika, mungkin beberapa hari setelah peristiwa itu, saya berusaha untuk ikut nimbrung dengan orang orang yg kebetulan duduk di depan rumah saya, orang' yang berkumpul di situ mulai dari anak anak seusia saya sampai orang dewasa...

Seorang anak seusia saya tiba tiba menimpali saya yang ucapannya mencabit cabit hatiku..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun