Mohon tunggu...
MUHAMMAD ANANTA SUBIAKTO
MUHAMMAD ANANTA SUBIAKTO Mohon Tunggu... Mahasiswa - NIM 41322110011 Mahasiswa Universitas Mercubuana 41 2022/2023

Student of mechanical engineering Mercubuana Warung Buncit. supporting lecturer Prof.Dr, Apollo, M. Si.Ak Matakuliah Kewirausahaan lll

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dokrin Arete untuk Tata Kelola Bisnis

30 Juni 2024   14:19 Diperbarui: 30 Juni 2024   14:21 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1. Arete in Platon and Aristotle

Arete adalah konsep penting dalam filsafat Yunani kuno yang diterjemahkan sebagai "keunggulan" atau "kebajikan". Arete mencakup pencapaian potensi tertinggi seseorang dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam moralitas dan intelektualitas.

  • Platon menekankan bahwa kebajikan adalah fungsi dari jiwa yang harmonis. Kebajikan adalah hasil dari tiga bagian jiwa (pikiran, semangat, dan hasrat) yang bekerja secara harmonis.
  • Aristoteles berpendapat bahwa kebajikan adalah kebiasaan atau disposisi yang berkembang melalui latihan dan pendidikan. Menurutnya, kebajikan adalah keseimbangan antara dua ekstrem (doktrin jalan tengah), seperti keberanian yang terletak di antara kepengecutan dan keberanian yang berlebihan.

2. Tiga Lapisan Jiwa Platon (Plato's Tripartite Soul)

Platon mengusulkan bahwa jiwa manusia terdiri dari tiga bagian yang berbeda, masing-masing dengan fungsi dan kebajikan tertentu:

  1. Logistikon (Pikiran, Akal):

    • Fungsi: Berpikir rasional, pengambilan keputusan, dan pencarian kebenaran.
    • Kebajikan: Kebijaksanaan (sophia).
    • Peran: Pengendali yang mengarahkan dua bagian jiwa lainnya untuk mencapai kehidupan yang harmonis.

  2. Thymoeides (Semangat, Nafsu):

    • Fungsi: Mendorong keberanian, semangat, dan kehormatan.
    • Kebajikan: Keberanian (andreia).
    • Peran: Berperan sebagai pembela yang melawan ketidakadilan dan menjaga kehormatan individu.
  3. Epithymetikon (Hasrat):

    • Fungsi: Mengelola hasrat fisik, keinginan, dan kebutuhan dasar seperti makanan, minuman, dan reproduksi.
    • Kebajikan: Pengendalian diri (sophrosyne).
    • Peran: Memenuhi kebutuhan dasar secara teratur dan seimbang tanpa melampaui batas.

Model Kereta: Platon menggunakan analogi kereta yang ditarik oleh dua kuda untuk menjelaskan struktur jiwa. Kereta ini dikendalikan oleh pengemudi yang mewakili akal (logistikon), sementara dua kuda yang menarik kereta mewakili semangat (thymoeides) dan hasrat (epithymetikon). Agar kereta berjalan dengan baik, pengemudi harus mengendalikan kedua kuda tersebut dengan bijaksana, memastikan mereka bekerja sama menuju tujuan yang sama.

3. Eudaemonism

Eudaemonism adalah teori etika yang berfokus pada pencapaian kebahagiaan atau kesejahteraan sebagai tujuan tertinggi kehidupan manusia. Istilah ini berasal dari kata Yunani "eudaimonia", yang secara harfiah berarti "kebahagiaan" atau "kemakmuran".

  • Platon melihat eudaimonia sebagai hasil dari kehidupan yang adil dan harmonis di mana ketiga bagian jiwa bekerja secara seimbang.
  • Aristoteles mengembangkan konsep ini lebih lanjut, menggambarkan eudaimonia sebagai aktivitas jiwa yang sesuai dengan kebajikan selama seumur hidup. Menurutnya, kebahagiaan sejati dicapai melalui pengembangan kebajikan moral dan intelektual, serta dengan menjalani kehidupan yang penuh dengan kegiatan yang bermakna dan sesuai dengan sifat manusia.

4. Aristotle's Rhetorical Triangle: Ethos, Pathos, Logos

Aristoteles mengidentifikasi tiga elemen utama dalam retorika yang efektif:

  1. Ethos (Kredibilitas):

    • Definisi: Ethos adalah kredibilitas atau karakter pembicara. Ethos mencakup reputasi, keahlian, kejujuran, dan niat baik pembicara.
    • Peran: Membangun kepercayaan dan otoritas pembicara di mata audiens. Semakin tinggi kredibilitas pembicara, semakin besar kemungkinan audiens menerima pesannya.
    • Contoh: Menggunakan pengalaman profesional, testimoni dari pihak ketiga, atau menunjukkan kejujuran dan integritas selama presentasi.
  2. Pathos (Daya Tarik Emosional):

    • Definisi: Pathos adalah upaya untuk mempengaruhi audiens melalui emosi. Pathos bisa membuat audiens merasa senang, sedih, marah, bersemangat, atau bahkan takut.
    • Peran: Menciptakan koneksi emosional dengan audiens untuk membuat pesan lebih persuasif. Emosi yang kuat dapat memotivasi audiens untuk bertindak.
    • Contoh: Menggunakan cerita yang mengharukan, bahasa yang emosional, atau gambar yang kuat untuk mempengaruhi perasaan audiens.
  3. Logos (Logika atau Alasan):

    • Definisi: Logos adalah penggunaan logika, bukti, dan argumen rasional untuk meyakinkan audiens. Ini mencakup fakta, statistik, penelitian, dan alasan yang logis.
    • Peran: Memberikan dasar yang kuat dan masuk akal untuk argumen pembicara. Tanpa logos, argumen bisa tampak tidak berdasar atau tidak meyakinkan.
    • Contoh: Menyajikan data statistik, hasil penelitian, atau argumen logis yang mendukung klaim yang dibuat.

Segitiga Retorika: Segitiga retorika menunjukkan bahwa pembicara yang efektif harus menyeimbangkan ketiga elemen ini (ethos, pathos, logos) untuk menyampaikan pesan yang persuasif. Menggunakan ketiganya secara proporsional akan membantu pembicara mencapai tujuan komunikasinya.

5. Hasrat Manusia

Bagian ini menjelaskan bahwa hasrat manusia harus diimbangi dan diatur oleh akal sehat (logistikon). Berikut adalah rinciannya:

  • Hasrat (Epithymetikon) harus dicampur dengan akal sehat untuk menghindari tindakan yang didorong oleh keinginan berlebihan atau impulsif.
  • Thumos (Thymoeides), yang terkait dengan semangat dan emosi, harus dicampur dengan rasionalitas untuk memastikan tindakan yang penuh semangat namun tetap terarah dan bijaksana.
  • Kesimpulan: Semua tindakan manusia harus diatur oleh kebijaksanaan (sophia) yang menggabungkan elemen-elemen jiwa ini dengan harmonis untuk menghasilkan kebajikan dan kesejahteraan.

ppt
ppt
 

1. Tiga Aspek Jiwa Manusia Menurut Platon

Platon menggambarkan jiwa manusia terdiri dari tiga bagian utama yang memiliki fungsi dan karakteristik masing-masing. Ini sejalan dengan model tripartitanya tentang jiwa:

  1. Logistikon (Pikiran, Akal):

    • Fungsi: Berpikir rasional dan pengambilan keputusan yang bijaksana.
    • Kebajikan: Kebijaksanaan (Sofia).
    • Peran: Sebagai pemimpin yang mengatur dan mengarahkan dua bagian jiwa lainnya untuk mencapai harmoni dan keadilan dalam diri.
  2. Thymoeides (Semangat, Nafsu):

    • Fungsi: Menghasilkan emosi dan semangat seperti keberanian dan kemarahan.
    • Kebajikan: Keberanian (Andreia).
    • Peran: Sebagai pembela yang melindungi kehormatan individu dan membantu menjalankan keputusan yang dibuat oleh akal.
  3. Epithymetikon (Hasrat):

    • Fungsi: Mengelola hasrat fisik dan keinginan dasar seperti makan, minum, dan keinginan seksual.
    • Kebajikan: Moderasi atau pengendalian diri (Sophrosyne).
    • Peran: Memenuhi kebutuhan dasar manusia secara seimbang tanpa melampaui batas.

2. Mitos Kereta Jiwa

Platon menggunakan analogi kereta yang ditarik oleh dua kuda untuk menjelaskan struktur jiwa manusia. Dalam analogi ini:

  • Pengemudi Kereta: Mewakili akal (logistikon) yang mengarahkan kereta.
  • Kuda Putih: Mewakili semangat (thymoeides) yang bersemangat dan termotivasi.
  • Kuda Hitam: Mewakili hasrat (epithymetikon) yang sering kali sulit dikendalikan.

Pengemudi harus mengendalikan kedua kuda tersebut dengan bijaksana untuk memastikan kereta berjalan dengan baik menuju tujuannya, yang merupakan simbol dari kehidupan yang adil dan harmonis.

3. Arete Sebagai Wujud Jiwa Terbaik

Arete atau kebajikan adalah pencapaian tertinggi dari potensi jiwa. Untuk mencapai arete, setiap bagian jiwa harus berfungsi dengan baik sesuai dengan kebajikannya masing-masing:

  • Kebijaksanaan (Sofia): Fungsi dari akal.
  • Keberanian (Andreia): Fungsi dari semangat.
  • Moderasi atau Kehati-hatian, Pengendalian Diri (Sophrosyne): Fungsi dari hasrat.
  • Keadilan (Dikaiosyne): Harmoni dari ketiga bagian jiwa bekerja bersama secara seimbang.

4. Teori Jiwa Manusia

Bagian ini menggabungkan elemen-elemen sebelumnya untuk membentuk teori keseluruhan tentang jiwa manusia menurut Platon. Jiwa manusia harus mencapai keseimbangan antara akal, semangat, dan hasrat untuk mencapai kehidupan yang adil dan bermakna.

5. Episteme Arete Manusia

Pengertian Episteme

Episteme berasal dari bahasa Yunani yang berarti "pengetahuan" atau "ilmu". Dalam filsafat Platon, episteme merujuk pada pengetahuan yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Ini bukan sekadar opini atau kepercayaan biasa (doxa), melainkan pengetahuan yang memiliki dasar logis dan empiris yang kuat. Pengetahuan ini mencakup kebenaran abadi yang dapat dipahami melalui akal budi dan bukan melalui persepsi inderawi yang berubah-ubah.

Pengertian Arete

Arete adalah konsep kebajikan atau keunggulan. Dalam konteks manusia, arete berarti mencapai potensi tertinggi dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk moral, intelektual, dan fisik. Arete tidak hanya tentang menjadi baik, tetapi juga tentang menjadi yang terbaik dalam fungsi tertentu, baik sebagai individu, warga negara, atau bagian dari alam semesta yang lebih luas.

Hubungan Episteme dan Arete

Platon menekankan bahwa untuk mencapai arete, seseorang harus memiliki episteme. Tanpa pengetahuan yang benar tentang apa yang baik, benar, dan adil, seseorang tidak bisa mencapai kebajikan yang sejati. Pengetahuan ini mencakup pemahaman mendalam tentang sifat kebajikan, keadilan, keberanian, moderasi, dan kebijaksanaan.

  1. Pengetahuan tentang Kebajikan:

    • Untuk mencapai kebijaksanaan (sophia), seseorang harus memahami esensi dari kebajikan itu sendiri. Ini termasuk mengetahui bagaimana kebijaksanaan diterapkan dalam berbagai situasi kehidupan.
  2. Pengetahuan tentang Keadilan:

    • Keadilan (dikaiosyne) adalah salah satu kebajikan utama yang mencakup harmoni antara bagian-bagian jiwa. Pengetahuan tentang keadilan melibatkan pemahaman tentang bagaimana setiap bagian jiwa harus berfungsi untuk mencapai keseimbangan dan harmoni.
  3. Pengetahuan tentang Keberanian:

    • Keberanian (andreia) tidak hanya berarti keberanian fisik tetapi juga ketahanan moral. Pengetahuan tentang keberanian melibatkan pemahaman tentang kapan dan bagaimana keberanian harus diterapkan, dan bagaimana mengelola emosi seperti ketakutan dan kemarahan.

Proses Mencapai Episteme

Menurut Platon, proses mencapai episteme melibatkan pendidikan dan latihan filosofis yang mendalam. Dialog-dialog Platon sering kali menunjukkan Socrates yang menggali kebenaran melalui metode tanya-jawab yang mendalam (dialektika). Melalui dialog ini, individu didorong untuk mempertanyakan asumsi-asumsi mereka, mencari definisi yang jelas dan koheren, dan mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang konsep-konsep dasar kebajikan dan kebenaran.

6. Teori Jiwa Dunia

Platon tidak hanya berfokus pada jiwa individu tetapi juga pada konsep jiwa dunia. Jiwa dunia adalah entitas yang mengatur alam semesta dengan cara yang serupa dengan bagaimana jiwa mengatur tubuh individu. Teori ini menggabungkan metafisika Platon dengan etika dan kosmologi.

7. Kelahiran Kembali (Reinkarnasi Jiwa)

Platon juga mempercayai konsep reinkarnasi, yang mana jiwa akan dilahirkan kembali setelah kematian. Menurut ajarannya, jiwa akan mengalami berbagai kehidupan hingga mencapai kebajikan dan kebijaksanaan yang sempurna. Proses ini adalah bagian dari perjalanan panjang menuju kesejahteraan dan kebahagiaan abadi.

8. Moral Arete Platon Socrates

Konsep moralitas menurut Platon dan Socrates sangat erat kaitannya dengan arete (kebajikan). Socrates, guru Platon, menekankan pentingnya pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang kebajikan sebagai dasar dari kehidupan yang baik. Platon mengembangkan ajaran ini lebih lanjut dengan menekankan harmoni jiwa dan pentingnya setiap bagian jiwa bekerja sesuai dengan kebajikannya.

tiga kutipan yang telah diringkas dari penjelasan panjang di atas:

  1. Episteme dan Arete:

    • "Episteme penting dalam kehidupan karena menentukan tindakan yang tepat, mengarah pada eudaimonia, dan membantu mengelola jiwa untuk mencapai harmoni internal dan kesejahteraan."
  2. Jiwa Dunia:

    • "Jiwa Dunia adalah prinsip kehidupan dan keteraturan yang mengatur kosmos, memberikan kehidupan dan fungsi harmonis mirip dengan bagaimana jiwa individu mengatur tubuh manusia."
  3. Reinkarnasi Jiwa:

    • "Platon percaya jiwa mengalami siklus reinkarnasi, terus hidup setelah kematian dan masuk ke tubuh baru, dengan tujuan mencapai kebijaksanaan dan kebajikan sempurna."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun