Mohon tunggu...
Muhamad Yus Yunus
Muhamad Yus Yunus Mohon Tunggu... Seniman - Sastrawan, dan Teaterawan

Lulusan Sarjana Sastra, Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang. Penulis buku, kumpulan puisi Dukri Petot: Gaya-gayaan, Novel Tidak ada Jalan Pulang Kecuali Pergi, Anak Imaji, dan Sandiwara Kita di dalam atau di Luar Panggung Sama Saja (2020) Guepedia. Pendiri Teater Lonceng, Tangsel. Sekarang menjabat sebagai Redaktur media digital adakreatif.id https://sites.google.com/view/myusyunus

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bergotong-royong Menjawab Tujuan Pendidikan

19 Desember 2022   13:06 Diperbarui: 22 Desember 2022   08:33 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemampuan atau bakat, minat, serta ketertarikan siswa dalam belajar tentunya beraneka ragam. Namun antara bakat dan minat tentu saja berbeda. Bakat bisa berasal dari kemampuan fisiknya secara lahir, bisa berupa kenerja otak, atau hal-hal yang berkaitan dengan ketangkasan.

Sementara minta tidak didapatkan sejak lahir, melainkan adanya pengaruh dari apa yang ia lihat, dan apa yang ia dalami. Menumbuhkan mintat, dan mengembangkan bakat adalah bagian dari mendidik, dan mengajar. Melalui sinergi antara guru dan orang tua, gotong-royong ini dapat ditumbuhkan.

Bergotong-royong dalam menumbuhkan minat serta mengembangkat bakat.

Bergotong-royong dalam menumbuhkan minat serta mengembangkat bakat, tidaklah cukup hanya dengan tenaga Guru saja. Siapa saja bisa menjadi pendidik, dan siapa saja bisa mendidik, tapi pertanyaannya adalah “mendidik yang seperti apa yang mengantarkan keselamatan dan kebahagiaan bagi murid?” 

Kurikulum memang memberikan rangkaian belajar dengan masing-masing materi yang telah ditentukan, namun dalam hal ini bukan untuk memaksa murid dengan memintanya menuntaskan semua materi pembelajaran sesuai angkat yang diharapkan, melaikan sebagai sebuah pengetahuan dasar untuk memilih, menentukan, memahami, dan mendalami minat serta bakatnya. Maka lagi-lagi peran orangtua dan guru sangat dibutuhkan untuk memahami bakat serta minat murid.

Kita analogikan sepertihalnya mata pisau, setiap pisau memiliki ketajaman dengan fungsinya yang berbeda-beda. Tidak mungkin seorang tukang jagal menggunakan pisau pemotong wortel untuk mengiris daging, juga sebaliknya.

Pedagang tempe keliling tidak mungkin menggunakan pisau cukur untuk memotong barang dagangannya. Maka pengetahuan yang dimaksudkan di atas memiliki fungsi yang berbeda, dan selanjutnya pengetahuan yang telah didapatkan itu akan menjadi sebuah pilihan untuk didalami hingga menjadi pribadi yang ahli dalam suatu pengetahuan tersebut.

Kita bukan lagi generasi yang kolot, di era digital ini seorang murid bisa menemukan pertanyaan dan menjawab sendiri pertanyaan itu melalui berbagai sumber. Pendidikan yang menggunakan sistem gotong-royong amat sangat perlu melihat ke sektor ini, yaitu wilayah digital atau ciber. Pekerjaan guru mungkin bisa digantikan oleh sebuah postingan pada media sosial, bahkan sudah sangat jelas bentuknya.

Dan barangkali sudah banyak yang menggunakan sebuah perangkat sebagai pengganti guru di kelas. Tetapi akan kan peran guru benar-benar akan tergantikan, dan profesi guru pelan-pelan akan dilupakan?

Kita sering mendengar cerita atau bahkan nasihat dari orang tua terdahulu tentang belajar. Menghormati guru, dan melaksanakan petuahnya merupakan bentuk kesepakatan bahwa guru adalah sumber belajar yang utama.

Namun hal tersebut sangat jauh dengan keadaan kita hari ini. Sumber belajar murid bisa didapatkan di mana saja dan dengan cara apa saja. Tidak selalu pada kemampuan guru dalam memahami materi atau melalui buku saja. Bahkan mungkin penjelasan oleh guru tidak terlalu dapat dipahami, sedangkan penjelasan melalui vidio di media sosial lebih mudah untuk diikuti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun