Mohon tunggu...
Muhamad Yus Yunus
Muhamad Yus Yunus Mohon Tunggu... Seniman - Sastrawan, dan Teaterawan

Lulusan Sarjana Sastra, Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang. Penulis buku, kumpulan puisi Dukri Petot: Gaya-gayaan, Novel Tidak ada Jalan Pulang Kecuali Pergi, Anak Imaji, dan Sandiwara Kita di dalam atau di Luar Panggung Sama Saja (2020) Guepedia. Pendiri Teater Lonceng, Tangsel. Sekarang menjabat sebagai Redaktur media digital adakreatif.id https://sites.google.com/view/myusyunus

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Cerpen: Gelang Sakti

26 Maret 2022   10:00 Diperbarui: 9 Maret 2023   07:56 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tapi apa?" tanya ibu muda itu kepadanya setengah ragu. Dalam ingatannya itu Faizal pernah melihat Fitri memakai gelang berwarna emas saat baru tiba di tepi lapangan. 

Namun ketika ia mengembalikan gadis kecil itu kepada ibundanya bocah ingusan itu tidak lagi melihat Fitri mengenakan gelang yang sama. Lebih tepatnya Faizal tidak melihat apa-apa pada pergelangan tangan Fitri. Perempuan muda beranak satu itu memang tengah mencurigai Faizal yang sedari tadi menjaga buah hatinya. Namun ia tak melihat Faizal menyimpan kebohongan dari wajah lugunya. 

Lantas ia memutuskan untuk mencari gelang tersebut di antara rumput. Faizal pun ikut membantu mencarikannya. Sementara Fauzan terbengong-bengong melihat peristiwa di depannya itu.

Gelang berwarna emas tak kunjung juga dapat ditemukan. Lambat menit demi menit keadaan menjadi berubah, anak-anak memutuskan untuk berhenti bermain sepak bola. Melihat ibunya Fitri sibuk mengais-ngais rumput mengundang tanya pada kepala orang-orang dewasa yang berlalu lalang di sana. 

"Kamu tidak melihatnya?" Tanya seorang laki-laki dewasa berusia dua puluh lima tahun kepada salah seorang bocah.

"Dia tadi sudah bilang tidak melihatnya," jawab perempuan muda beranak satu itu sambil melihat ke arah Faizal.

"Maksudku bocah yang ini," Laki-laki itu menunjuk Fauzan.

Fauzan yang sempat terbengong-bengong akhirnya coba ikut campur mencari keberadaan gelang tersebut. Ia lantas memberikan alibi bahwa memang benar bocah ingusan itu sempat melihat Fitri mengenakan gelang berwarna emas. 

Tapi bagi Fauzan sendiri ingatannya akan gelang tersebut seperti samar-samar. Entah si gadis kecil memakainya atau tidak ia pun masih ragu. Namun seklias samar-samar itu nampak nyata bahwa benar Fitri memang mengenakannya. 

Fauzan kembali mengingat peristiwa sebelum gadis kecil itu menangis dan ia mendapatkan ingatan kalau si gadis sempat bercanda dengannya. Alibinya sontak membuat perhatian orang-orang termasuk ibunya sendiri. Entah mengapa orang-orang berharap lebih kepada bocah ingusan itu. Bahkan ibunya pun turut menekan Fauzan agar segera mengatakan sesuatu. 

"Aku tahu!" teriak salah seorang bocah dari tengah lapangan. Sahut Fauzi mencoba memberikan bantuan. Kata tahun yang ia maksud bukan bermakna benar-benar tahu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun