Mohon tunggu...
Muhamad Yus Yunus
Muhamad Yus Yunus Mohon Tunggu... Seniman - Sastrawan, dan Teaterawan

Lulusan Sarjana Sastra, Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang. Penulis buku, kumpulan puisi Dukri Petot: Gaya-gayaan, Novel Tidak ada Jalan Pulang Kecuali Pergi, Anak Imaji, dan Sandiwara Kita di dalam atau di Luar Panggung Sama Saja (2020) Guepedia. Pendiri Teater Lonceng, Tangsel. Sekarang menjabat sebagai Redaktur media digital adakreatif.id https://sites.google.com/view/myusyunus

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Keramah-tamahan Itu seperti Bungkusan Indomie: Telurnya Cuma di Gambar Aja

4 Januari 2022   13:46 Diperbarui: 5 Januari 2022   17:55 2975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keramah-tamahan ini menjadi sesuatu yang aneh, mengingat setiap pelanggan SPBU yang datang untuk mengisi bahan bakar pasti umumnya mereka dikejar waktu dan sangat membutuhkan pelayanan yang cepat dari petugas.

Sebagai pengguna alat transportasi, pasti Anda sering melirik Royal Dutch Shell plc saat melewatinya. Entah, hanya sekedar kepo atau memang punya keniatan menjadi pelanggan di SPBU asing berwarna kuning merah itu. 

Yang jelas dengan melihat dan menjadi pelanggan Anda pasti akan mengetahui sedikit perbedaan yang dimiliki Shell dengan SPBU Pertamina. Ya, perbedaan itu ada pada segi pelayanan. 

Tapi, perusahaan ini seolah-olah memiliki pamor yang mentereng dan penuh gengsi. SPBU yang tidak dilayani dengan keramah-tamahan seperti pada Pertamina mendadak menjadi alat ukur untuk melihat status sosial seseorang. 

Pelanggan Shell harus mengisi sendiri tangki bensin mereka. Seolah-olah tugas seorang petugas SPBU merupakan pengetahuan umum yang dapat dilakukan oleh siapa saja. 

Mungkin itu benar, dan apa susahnya menekan tombol kemudian memasukkan ujung selang ke tangki motor. Tapi di sini tidak ada petugas yang memberikan keramah-tamahan dengan bahasa tubuh dan lisannya. 

Apakah Royal Dutch Shell plc tidak melihat keramah-tamahan sebagai cara untuk melayani pelanggan? Ataukah Ia melayani pelanggan dengan cara yang berbeda, seperti dengan memberikan sebuah gengsi? Ada apa dengan keramah-tamahan? Kenapa Ia tidak terlalu berarti bagi Shell?

Ketika kita masuk ke mini market seperti Indomaret, pasti kita sering sekali mendapatkan ucapan "selamat datang di Indomaret dan selamat belanja." 

Semua orang tahu, dan semua pelanggan iseng yang tak beli apa-apapun tahu, kalimat itu sebagai ciri keramah-tamahan mereka dalam menyambut para pelanggannya. 

Sama sekali tidak sedang mengoreksi kinerja karyawan perusahaan ritail. Pernah suatu ketika terjadi pada pengalaman penulis atau mungkin juga kepada Anda, ucapan selamat datang yang diberikan oleh seorang kasir malahan tidak terasa sebagai keramah-tamahan. 

Apa lagi jika kalimat itu diucapkan di saat seorang kasir sedang melayani pengunjung yang lain. Lebih terlihat sebagai sebuah pemaksaan SOP ketimbang keramah-tamahan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun