Mohon tunggu...
Muhamad Yus Yunus
Muhamad Yus Yunus Mohon Tunggu... Seniman - Sastrawan, dan Teaterawan

Lulusan Sarjana Sastra, Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang. Penulis buku, kumpulan puisi Dukri Petot: Gaya-gayaan, Novel Tidak ada Jalan Pulang Kecuali Pergi, Anak Imaji, dan Sandiwara Kita di dalam atau di Luar Panggung Sama Saja (2020) Guepedia. Pendiri Teater Lonceng, Tangsel. Sekarang menjabat sebagai Redaktur media digital adakreatif.id https://sites.google.com/view/myusyunus

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nasib Manusia Silver dan Warga +08

18 November 2021   08:25 Diperbarui: 9 Maret 2023   07:42 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Enggak mau nganggur, manusia silver terus bermanufer!
Kalau melihat manusia silver hormat kepada pengguna jalan raya, jadi keingetan sama patung Sudirman.

Kendaraan sepeda motor napak tergesa-gesa memburu waktu. Ia berhenti pada pertigaan jalan itu sambil mengerutkan dahi. Kali ini roda depannya hanya boleh sampai pada garis putih horizontal di sana. 

Di muka helmnya napak seorang anak laki-laki tengah memberi hormat dengan tubuh yang kurus kerempeng berwarna silver. Sementara para penyeberang jalan dengan lihainya melangkahkan kaki tanpa takut haknya direbut oleh motor yang menerobos rambu-rambu.

Hormat kepada seluruh pengendara yang ada di depannya merupakan salah satu pertunjukan alakadarnya yang ditawarkan oleh si manusia silver itu. Seolah ia telah lama bersahabat dengan lampu lalu lintas, dengan hitungan yang entah bagaimana caranya, si manusia silver tahu betul kapan pertunjukan itu harus selesai dan kapan saatnya menjemput uang recehan dengan mendatangi pengguna jalan satu persatu. 

Kemampuan menghitung waktu perubahan warna lampu lalu lintas merupakan salah satu keahliannya di medan pertempuran mencari nafkah itu.

Petanda tersendiri bagi pengendara roda dua atau pun empat, jika manusia silver mulai bergerak untuk menyudahi pertunjukan berarti lampu lalu lintas akan segera berubah warna menjadi hijau dalam hitungan kurang dari sepuluh detik. 

Cukup menghibur si kecil yang mulai suntuk di dalam mobilnya. Dan cukup membantu para bapak-bapak dalam memberikan contoh berbagi kepada sesama, ya meskipun hanya uang recehan. Memang tidak sebanding dengan efek yang diberikan manusia silver kepada seluruh pengguna jalan.

Bapak polisi yang bersembunyi di balik jendela kaca hitam pos sana tidak perlu sampai turun tangan untuk mengatur pengguna jalan. 

Kita semua tahu kalau sebenarnya rambu-rambu lalu lintas sudah sedemikian rupa dibuat untuk membantu pekerjaan mereka dalam mendisiplinkan masyarakat, namun tahun sendiri sebagai warga plus kosong delapan yang tak suka batasan itu. 

Di setiap waktu tidak sedikit para pengendara yang suka menerobos rambu-rambu, bahkan mereka tidak mengindahkan pos polisi dengan jendela kaca berwarna hitam itu lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun