Mohon tunggu...
Muhamad Rohmat NIM 121211054
Muhamad Rohmat NIM 121211054 Mohon Tunggu... Lainnya - Mata Kuliah Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Universitas Dian Nusantara, Nama Dosen: Prof. Dr. Apollo Daito, M. Si. Ak

Hobi Sepak Bola, Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Jawaban Quiz 4, Pengukuran Kinerja Sektor Publik

5 Oktober 2024   21:29 Diperbarui: 5 Oktober 2024   21:36 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Aristotle Keadilan Ruang Publik, dan Pemerintahan "

Aristoteles (384--322 SM) adalah salah satu filsuf terbesar dalam sejarah pemikiran Barat, yang pengaruhnya sangat luas dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk politik, etika, logika, dan metafisika. Aristoteles adalah murid Plato dan guru dari Alexander Agung, dan ia menulis banyak karya yang masih dipelajari hingga saat ini. Dalam filsafat politik dan etika, Aristoteles dikenal karena pemikirannya tentang keadilan, kebajikan, serta perannya dalam ruang publik dan pemerintahan.

Ruang Publik dalam Pemikiran Aristoteles

Aristoteles memandang manusia sebagai zoon politikon atau makhluk politik, yang secara alami ditakdirkan untuk hidup dalam polis (kota-negara). Menurut Aristoteles, ruang publik dalam polis adalah tempat di mana warga negara dapat berpartisipasi dalam kehidupan politik, berdiskusi, dan membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk kebaikan bersama (common good). Ia menekankan bahwa kehidupan politik yang baik dan adil hanya dapat tercapai dalam masyarakat yang mempraktikkan keadilan.

Ruang publik, dalam pandangan Aristoteles, adalah tempat di mana keadilan dapat ditegakkan melalui partisipasi aktif warga negara dalam proses deliberasi politik. Ini menekankan pentingnya demokrasi partisipatif, di mana setiap individu memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi mereka. Bagi Aristoteles, partisipasi politik adalah salah satu bentuk tertinggi dari kehidupan yang baik dan merupakan sarana utama untuk mencapai kebahagiaan atau eudaimonia.

Pemerintahan dan Keadilan dalam Pemikiran Aristoteles

Dalam Politics, Aristoteles membahas berbagai bentuk pemerintahan dan mengidentifikasi tiga bentuk pemerintahan yang baik (monarki, aristokrasi, dan politeia) serta tiga bentuk pemerintahan yang buruk (tirani, oligarki, dan demokrasi yang tidak terkendali). Pemerintahan yang baik, menurut Aristoteles, adalah pemerintahan yang diatur berdasarkan prinsip keadilan dan bertujuan untuk kesejahteraan bersama, bukan keuntungan pribadi atau kelompok tertentu.

Pemerintahan yang adil harus memastikan bahwa hukum dan kebijakan yang diterapkan sesuai dengan prinsip keadilan distributif dan retributif. Pemerintahan yang buruk cenderung menyimpang dari prinsip-prinsip ini, baik dengan mengonsentrasikan kekuasaan di tangan sedikit orang (oligarki) atau dengan mengabaikan aturan dan norma hukum demi kepentingan individu atau kelompok tertentu (tirani).

Relevansi Pemikiran Aristoteles dalam Pemerintahan Modern

Pemikiran Aristoteles tentang keadilan dan pemerintahan memiliki relevansi yang signifikan dalam konteks modern. Konsep keadilan distributifnya dapat diterapkan dalam kebijakan distribusi kekayaan dan sumber daya dalam masyarakat. Misalnya, dalam masalah kesenjangan ekonomi, prinsip keadilan distributif dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan fiskal atau sistem pajak yang lebih adil. Selain itu, konsep ruang publik sebagai tempat deliberasi politik juga relevan dalam konteks demokrasi modern. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun