Mohon tunggu...
Muhamad Rizki
Muhamad Rizki Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia

Hobi saya menonton film, membaca novel dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Susanti dan Angin

22 November 2023   22:10 Diperbarui: 27 November 2023   22:01 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu susanti baru mengetahui bahwa nama laki-laki di depannya adalah Usep, seorang ojol yang mencari orderan namun tak kunjung datang. Heran, Ibu susanti pun mengalami hal serupa, memesan orderan akan tetapi tidak ada yang mengambil pesanannya. 

Ibu Susanti pun hanya senyum senyum sendiri diantara gerimis, sesekali melihat kaca spion depan karena penasaran dengan wajah Si Usep.

Lampu merah sudah berganti menjadi kuning, lalu hijau. Motor yang dikendarai Usep kini kembali melaju lewati ribuan tetes grimis. Tidak ada percakapan di atas motor, hanya suara mesin dan tetes air yang sedari awal menghiasi perjalanan mereka. 

Angin tiba-tiba berhembus kencang disertai petir menyambar pohon, sekitar 20 meter dari pandangan mereka berdua, pohon itupun tumbang menutupi jalanan.

"Neng, kayaknya kita harus nyari jalan lain deh" ucap Pak Usep. Motornya berhenti tepat di depan pohon tumbang itu.

"Iyaa nih Bang, puter arah aja, Neng tau jalan lain ko. Tapi jalannya lumayan rusak Bang gapapa?" Ibu Susanti memberikan opsi jalan lain.

"Oke gapapa Neng, yang penting Neng Susanti bisa langsung Istirahat. Uhuyyy" Pak Usep langsung memutarkan motornya dan ketawa-ketawa sendiri sehabis menggoda Ibu Susanti.

Mereka berdua kembali melanjutkan perjalanannya, dengan rute yang ditunjukan oleh Ibu Susanti menuju ke rumahnya. Pak Usep fokus memerhatikan jalan dan juga mendengarkan arahan jalan dari Ibu Susanti. Tak lama kemudian hujan mereda, hanya tersisa genangan dan dedaunan yang jatuh diterpa hujan serta angin.

Jalanan yang tadinya aspal, kini berubah menjadi bebatuan. Karena Ibu Susanti mengarahkannya ke perkampungan. Hujan memang telah mereda, namun jalanan yang curam dan licin membuat Pak Usep kesulitan mengendarai sepeda motornya. Karena hari sudah mulai gelap, Pak Usep kesulitan memilih jalan agar terhindar dari batubebatuan licin. 

Tak jarang pula Ibu Susanti memeluk Pak Usep karena motor yang ditumpanginya berkali-kali hendak terguling. Tetapi Pak Usep selalu mampu mengendalikan roda motornya agar tetap seimbang. Ketika tangan Ibu Susanti menyentuh pinggang Pak Usep, Pak Usep terlihat begitu senang.

Mereka sampai ke rumah Ibu Susanti setelah matahari hilang dari pandangan, digantikan oleh bulan bersinar terang. Jas hujan yang masih dikenakan mereka sudah kering, Ibu susanti membuka jas hujannya lalu mengambil belanjaan yang ia beli di pasar tadi sore.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun