Matanya terbelalak melihat suaminya telah meninggal dunia. Susan bertanya kepada jani tentang kejadian ini. Ia juga menanyakan kepada joko. Tajamnya mata susan tidak berhenti mengarah ke arah suaminya. Air matanya langsung membanjiri tubuh malik. Ia tidak percaya bahwa suaminya baru saja meninggalkannya. Joko mencoba menjelaskan kejadian yang baru saja dialaminya bersama malik. Susan hanya mendengarkan penjelasan joko tanpa melihat ke arahnya.Â
Matanya hanya tertuju kepada malik. Setelah joko selesai menjelaskan keseluruhan peristiwa. Susan meminta kepada semua orang yang berada di dalam ruang jenazah untuk pergi meninggalkannya seorang diri. Dengan sangat terpaksa. Mereka pun meninggalkan susan seorang diri. Tangis susan tidak berhenti. Susan mencoba menegarkan hatinya dan berkata kepada malik. Bahwa anak dalam kandungannya sebentar lagi akan datang menyapa kita. Susan bertanya kepada malik mengenai nama apa yang pantas untuk anaknya.Â
Susan tersenyum melihat malik. Ia juga sesekali melemparkan senyum pada kandungannya. Susan kembali bertanya kepada malik. Bahwa anaknya sudah tidak sabar untuk melihat ayah dan ibunya. Tangis susan tidak berhenti. Air matanya hampir habis. Susan mencoba menegarkan hatinya. Ia mengambil alat rias.Â
Di riasnya wajah malik dengan perlahan sambil mengelus-elus rambut malik. Susan berkata kepada malik. Bahwa malik harus terlihat tampan saat anaknya melihat ayahnya. Susan menyentuh wajah malik sambil mengatakan bahwa anaknya akan serupa dengannya. Susan bicara seorang diri di hadapan malik. Mengenai cita-cita dan pendidikan anaknya kelak. Ia pun meminta malik untuk tetap melihat anaknya lahir di dunia. Susan tidak menginginkan malik pergi dari dunia dan kehidupannya.
 Jani mengetuk pintu dan meminta ijin pada susan untuk menemani dirinya. Susan mengijinkan jani untuk masuk. Saat jani berjalan menghampiri susan. Susan bertanya kepada jani. Bahwa anaknya nanti akan serupa wajahnya dengan malik. Susan juga mengatakan bahwa baru saja malik memberikan nama pada anaknya. Malik juga menginginkan cita-cita dan pendidikan anaknya nanti. Malik mengatakan itu. Jani hanya terdiam dan menutup wajahnya yang penuh tangis. Jani menyaksikan susan berbicara dengan malik.Â
Jani tahu bahwa malik telah pergi meninggalkannya. Tidak sepatah kata pun jani berbicara. Kemudian susan berkata pada jani. Bahwa malam ini sangat dingin sekali. Tubuhnya menggigil. Tangannya gemetar. Suaranya parau. Jani hanya terdiam tanpa membalas ucapan susan. Susan berkata bahwa malam ini tidak seperti biasanya.Â
Susan membalikkan wajahnya dan menghadap jani. Ia tersenyum kepada jani sambil menumpahkan air mata. Susan berkata pada jani. Ia sangat bergembira bahwa jenazah yang datang hari ini adalah jenazah yang istimewa. Jani berjalan dan memeluk tubuh susan. Tangis jani tidak berhenti di bahu susan.Â
Begitu juga susan. Alat rias yang di genggam susan terjatuh. Susan merasakan sakit pada perutnya. Jani beranggapan bahwa anaknya akan segera lahir di dunia. Kemudian jani merangkul susan untuk berjalan keluar dan memeriksa kondisi dalam kandungannya. Susan mengikuti apa yang diminta jani.Â
Jani mengajak susan berjalan untuk meninggalkan ruangan. Sesampainya di pintu, susan membalikkan tubuhnya dan mengatakan kepada malik untuk menunggu di ruangan ini. Susan berkata bahwa anak kita akan segera datang. Sambil merintih kesakitan. Jani membawa susan ke dalam ruangan untuk memeriksa kandungannya. Dokter kandungan meminta jani untuk menunggu di luar.
 Tangis anak susan terdengar jani dari depan pintu persalinan. Dokter keluar dan meminta jani untuk menemui susan. Jani berjalan masuk menghampiri susan. Susan tersenyum melihat kehadiran anaknya. Susan meminta bantuan kepada jani untuk membawa ia dan anaknya menemui malik suaminya.Â
Meski sulit bagi jani untuk meminta ijin kepada dokter. Jani memberanikan diri untuk mengatakan keseluruhan cerita yang telah dialaminya. Dengan terpaksa, dokter memberikan ijin kepadanya. Jani kembali menemui susan dan memberi kabar.Â