Mohon tunggu...
Muhamad Novianto
Muhamad Novianto Mohon Tunggu... Freelancer - cuma bisa nulis

learning is a reality

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malam Itu Dingin

19 Maret 2024   00:02 Diperbarui: 19 Maret 2024   00:14 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cita-cita susan dahulu ingin membangun tempat rias pengantin, laiknya salon-salon pada umumnya. Alangkah nasib berkata lain, karena belum mempunyai modal untuk membangun salon atau tempat rias pribadi. Ia memulai tabungannya sebagai perias jenazah untuk sementara waktu guna membesarkan anak yang di nanti-nantikan dalam kandungannya. Ketika sampai di depan rumah sakit. Susan menggenggam erat pundak malik sambil memegang anak dikandungannya, susan berbisik ke telinga malik. "aku cinta kamu". Malik pun menjawab yang dikatakan susan sambil berbisik ke anak dalam kandungan susan. "aku juga cinta kamu, dan juga anak kita. Ia pun berpisah di pembatas jalan.

 Setibanya di dalam, jani menyapa susan sambil memegang kandungannya. "semoga kau jadi anak yang pintar seperti ibu kau", bisik jani. Susan mengaminkan apa yang diucapkan jani. Mereka berdua masuk ke dalam ruang rias jenazah untuk melanjutkan jenazah yang belum ia rias. Jani menceritakan kekasihnya ke susan. Bahwa ia sangat sayang kepadanya. 

Susan memberi beberapa saran dan juga pengalaman yang dulu pernah ia lakukan bersama malik. Susan dan malik menikah muda, berselang 5 tahun pernikahannya ia belum dikaruniai seorang anak. Saat sewindu awal ia baru dikarunai anak. Alangkah senangnya malik mendengar kabar bahwa susan hamil. Karena sudah sejak lama susan dan malik menginginkan keturunan. Dari awal bulan kandungannya sampai 9 bulan ini malik selalu memanjakan susan. 

Apapun permintaan yang susan inginkan selalu dituruti olehnya. Maklum, malik dan susan saling mencintai. Ia pernah bersumpah sehidup semati akan selalu mencintai dalam keadaan apapun. Bahkan sampai sekarang ini ia tidak pernah ingkar. Jani yang mendengar kisah susan dan malik terharu dan ingin memiliki hal yang sama dengan kekasihnya. 

Petuah yang diberikan susan sangat berguna bagi jani. Ia pun sangat senang mempunyai sahabat seperti susan. Jani sudah menganggap susan sebagai kakak jani. Usia susan lebih enam tahun dari jani. Persahabatan mereka sangat erat. Begitulah komunikasi yang sering diperbicangkannya. 

Mulai dari curahan hati, perjalanan hidup, bahkan menggosipi jenazah tampan yang sedang ia rias. Kemudian susan ijin kepada jani untuk pergi ke kamar mandi. Ia tengah merasakan kontraksi pada kandungannya. Lalu, jani mengiyakan apa yang dikatakan susan. Sambil menunggu susan datang. Jani kembali melanjutkan pekerjaannya.

 Jauh diluar gedung, malik mengambil mobil untuk menjemput seorang bapak tua yang memiliki penyakit jantung. Lokasinya kali ini agak jauh. Bersama joko sahabatnya, ia pergi bersama. Di perjalanan joko sangat heran dengan orang yang ia jemput lokasinya jauh. Dalam benak joko, orang itu harusnya datang diantar oleh keluarganya bukan malah dijemput. Sedikit obrolan yang malik tangkap dengan atasannya. Pasien ini adalah teman dekat atasannya, ia keluarga miskin dan tidak mampu. Jangankan untuk diantar keluarganya. 

Keluarganya sendiri saja sudah meninggalkan ia 4 tahun lamanya. Joko menganggukan kepala setelah mendengarkan penjelasan malik. Ia berjalan melewati bukit curam dengan jurang yang menganga di setiap tikungannya. Joko bergidik saat melewati jalur yang menyeramkan. Ia sempat berucap pada malik kalau terjadi apa-apa selama perjalanan. 

Jurang yang seperti menunggu seseorang untuk masuk. Konon, jalan ini ialah mistis menurut warga setempat. Banyak sekali kecelakaan yang terjadi, mulai dari saling bertabrakan keras sampai melompat ke dalam jurang. Pada saat malik memberitahunya akan melewati jalan tersebut. Joko beringsut mengeluarkan ponsel dan mencari alamat jalan dan mengetahui jalurnya. Desa sempiral yang terletak di kota denyuma utara. Desa yang menyeramkan. Joko selalu mengingatkan malik untuk menurunkan kecepatannya.

 Ketika sampai di rumah pak basri. Joko dan malik langsung mengangkat pak basri ke dalam mobil. Mereka langsung melanjutkan perjalanannya. Karena melihat kondisi pak basri yang terus menerus mengembang kempiskan nafasnya. Tanpa rasa takut. Mobil yang dikendarai malik melaju dengan kecepatan tinggi.

 Selama perjalanan ke rumah sakit, joko selalu mengomat-amitkan mulutnya agar tidak terjadi apa-apa. Desa sempiral dibilang menyeramkan. Selain jurang dan jalanan yang berkelok tajam, lampu-lampu penerang jalan juga tidak memancarkan cahayanya. Itu yang membuat joko ketakutan. Mobil dengan kecepatan tinggi mencoba melewati tikungan tajam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun