Sejak saat itu susan harus mempersiapkan suplemen untuk menjaga daya tahan tubuhnya agar tetap sehat, karena ia tahu bahwa beberapa minggu ke depan akan bertambah banyak pekerjaannya.
Tidak seperti biasanya susan lupa dengan alat rias yang selalu dibawanya. Padahal hampir semua jumlah kosmetik yang dimilikinya ia hafal. Tapi hari ini tidak seperti biasanya. Susan mengeluarkan beberapa alat kosmetik dari dalam tas. Bahkan ia menanyakannya pada jani. Jani menjawab dengan santai bahwa ia tidak melihatnya.Â
Jani meminta pada susan untuk memeriksa dengan perlahan. "mungkin saja terselip,"tukas jani. Sambil mendengar apa yang diucapkan jani. Susan terus mencari. "orang ini tampan sekali ya, sayang di usia muda sudah meninggalkan dunia", bicara lirih jani ke arah jenazah yang sedang ia rias. Jani meminta susan untuk berhenti mencari dan fokus pada pekerjaannya. Karena hari sudah mulai sore.Â
Susan mendengarkan apa yang jani katakan. Hari ini adalah hari terbodoh susan karena tidak menggunakan satu alat kosmetik pada jenazah. Tapi tidak apa. Susan perias profesional, ia bisa menutupi kesalahannya dengan menggunakan alat kosmetik yang lain. Jam kerja sudah selesai. Susan mengambil telepon genggam untuk menghubungi malik dan minta untuk di jemput.Â
Jani mengajak susan untuk keluar dari ruangan dan berganti pakaian. Ia berjalan ke ruang ganti. Melepas pakaian kerja dan menanggalkan di lemarinya. Ia berdua bergegas keluar dari rumah sakit dan menunggu jemputan. Klakson motor terdengar di persimpangan jalan. Jani melambaikan tangan kepada pengendara tersebut. Pengendara itu membuka penutup kepala dan menyapa jani. Susan melihat dari kejauhan dan tersenyum ke arah mereka.
Susan mengingat kembali saat ia dulu berpacaran dengan malik. Malik selalu datang dengan penampilan yang menarik untuk dilihat banyak orang. Dari mulai jaket kulit hitam dan celana chino, ditambah dengan sepatu hitam converse yang selalu ia gunakan. Membuat susan tidak dapat berkata apa-apa. Jani menyapa susan untuk pulang terlebih dahulu dan menghilangkan semua ingatan susan. Akan tetapi tatapan susan tidak berhenti ke arah jani yang telah melewati ia berdiri di tepi trotoar jalan. Seruan keras klakson motor yang tiba-tiba berada di depan susan. "hey, kamu kenapa" bisik malik.Â
Susan menoreh ke arah malik dengan senyum. "tidak apa-apa" jawab susan. Kemudian susan naik ke belakang malik sambil memegang erat anak dalam kandungannya. Sepanjang perjalanan susan hanya tersenyum dan memeluk malik. Setibanya di depan rumah. Susan mengambil kunci dan membuka pintu. Malik yang sejak tadi terheran melihat susan tersenyum dalam perjalanannya, ia pun melanjutkan perbincangan itu sambil membaringkan tubuhnya di kasur. Malik mematikan lampu. Malam menghanyutkan mereka berdua dalam kenangan.
Matahari menyapa wajah malik. Ia terbangun melihat panggilan telepon genggam yang tidak berhenti bernyanyi. Ia mengangkat telepon yang datang dari kerabatnya. Kerabatnya meminta malik pergi untuk bekerja. Malik melihat jam pada telepon genggamnya. "ah, kesiangan" sambil melepas selimut dan memakai sandal.Â
Membangunkan susan dan berjalan ke kamar mandi. Susan terbangun dari tempat tidur dan melihat jam pada telepon genggamnya. "sungguh indah hari ini" tersenyum susan. Malik menegur susan yang sedang tersenyum seorang diri dan meminta susan untuk cepat bersiap dan berangkat bekerja. Karena tempat malik dan susan bekerja ialah satu tempat. Malik yang bekerja sebagai supir ambulan sedangkan susan sebagai perias jenazah.Â
Ia selalu berangkat bersama. Seringkali ia berdiskusi mengenai profesi pada pekerjaannya. Bahwa pekerjaan yang mereka kerjakan bukanlah hal yang mudah untuk mental manusia. Karena profesi yang mereka kerjakan berkaitan dengan kondisi kesehatan dan kehidupan manusia. Susan yang terkadang bercerita mengenai jenazah yang kerap ia rias.Â
Dari yang muda hingga tua sekalipun, ia hafal dengan banyaknya wajah. Pekerjaan susan yang terbilang amat menyeramkan di tengah situasi. Ia harus bertatap muka dengan jenazah pada berbagai macam kematiannya. Ada yang meninggal dengan penyakit dalam sampai kematian karena kecelakaan. Karena merias datang dari permintaan keluarga korban dan juga tradisi. Mau tidak mau ia harus lakukan.Â