Mohon tunggu...
Muhamad Misbakhudin
Muhamad Misbakhudin Mohon Tunggu... -

seorang pencari yang tengah menelusuri diri

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Setelah Masjid Sunyi

25 Januari 2016   10:07 Diperbarui: 25 Januari 2016   10:25 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

di sudut buntu

aku memanggilmu

setelah sekian lama

aku merangkak-rangkak buta

mencari alamatmu

namun tak satu pun kota

yang mengingatmu

atau menuliskan rindu

di rambu-rambu

 

suara siapa yang menyeru-nyeru

sementara spiker-spiker terus menyanyikan lagu

merayu atau menipu

aku tak tahu

tiba-tiba aku

merasa beku

merasa lapar

merasa ngilu

adakah kamu

di situ

dalam doa lirih

mereka yang dicemaskan

oleh rayu

dan berkeras menegakkan harap

meski hampir layu

 

aku rindu kamu

aku rindu kamu

aku terus mengetuk

meski riuh hujan tak henti mengutuk

jalanan kota

jadi batu

yang menyumpal kuping-kuping

dengan ribuan klakson

dan umpatan

 

mungkin rumah-rumah mulai kosong

setelah orang-orang menetaskan kecoak

di ranjang

anak-anak jadi ilalang

tumbuh liar di tembok dan halaman

mencarimu

sepertiku

 

aku menyaksikan hutan

tanpa pohonan

tanpa hewan

tanpa sunyi

tanpa cahaya temaram

tanpa kamu

dan aku melata

seperti cacing

di kilau lantai porselen

menggapai-gapai cahaya

yang memantul

dari matamu

: tuhanku,

ini aku

terbunuh

ngilu

rindu

mu

 

Jakarta, 8 juli 2014

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun