Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal Maulana
Muhamad Iqbal Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir di Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra, Jakarta Selatan.

Jangan berhenti ketika lelah, namun berhentilah ketika sudah berakhir.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konsekuensi Logis atas Keimanan Manusia terhadap Hari Pembalasan

11 Juni 2019   19:00 Diperbarui: 11 Juni 2019   19:13 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Realisasi Keimanan Seseorang terhadap Hari Pembalasan


Dari ketiga keyakinan dalam beragama, penulis hanya membahas keyakinan yang ketiga. Hal ini sangat menarik untuk dibahas bahwa penulis menemukan tolok ukur dari keimanan seseorang terhadap hari pembalasan dalam kitabnya Syekh Nashir Makarim Syirazi.


Sebagaimana pada judul di atas, penulis mengambil satu surah Al-qur'an, yakni surah Al-Ma'un. Sebab turunnya surah ini terjadi pada saat Abu Sofyan yang ketika itu sedang berkumpul dan bergembira bersama teman-temannya. Mereka sedang merayakan suatu hajat disertai dengan masak-masak daging kambing yang banyak. Seketika daging sudah matang, datanglah seorang anak kepada mereka. Ia adalah anak yatim yang tidak memilki tempat tinggal. Ia kelaparan, hingga membuatnya untuk meminta sedikit santapan daging kambing yang dihidangkan oleh mereka. Akan tetapi, permintaan sang anak tidak dikabulkan oleh Abu Sofyan, ia hanya bisa memberikan usiran dan pukulan tongkatnya terahadap anak itu. Setelah itu, Tuhan memepringatkan Nabi Muhammad dengan turunnya ayat ini.


Dalam surat tersebut, Syekh Nashir menyatakan bahwa keimanan seseorang atas hari kiamat atau hari pembalasan akan terealisasi dan kehidupan sehari-hari. Dalam kitabnya bahwa di surah al-Ma'un terdapat lima akibat dari pengingkaran terhadap hari pembalasan dan ini pun adalah sebagai realisasi dari pengingkarannya terhadap hari kiamat.
Pertama: Menghardik anak yatim. Perbuatan ini adalah realisasi pertama yang dinyatakan olehnya, sebagaimana latar belakang dari penurunan surah ini. Seseorang yang tidak meyakini hari pembalasan akan mengakibatkan dirinya untuk berlaku sewenang-wenangnya terhadap anak yatim. Ini adalah akibat dari pengingkarannya terhadap hari pembalasan.


Kedua: Malas memberi makan kepada orang miskin. Perbuatan tersebut dapat disaksikan dalam kesidupan sehari-hari. Banyak sekali orang miskin kelaparan, sementara kita bisa makan enak tanpa melihat kebawah bahwa ada di sekitar kita yang tidak makan. Hal ini membuat syekh Nashir menyimpulkan bahwa apabila seseorang makan tanpa melihat dan melirik kepada orang miskin bahkan tidak memberinya makan sedikitpun, itu merupakan hasil dari pengingkarannya terhadap hari pembalasan.


Ketiga: Melalaikan Shalat. Ia menyatakan bahwa sudah menjadi keharusan untuk melihat dan merenungkan diri sendiri, apakah kita termasuk orang yang melalaikan shalat. Hal ini bukan berarti lalai dalam waktu shalat saja, akan tetapi lalai dalam segalanya, baik waktu, rukun, syarat, dan adab shalat. Jika dalam shalatnya masih lalai, maka hal itu terjadi karena pengingkarannya terhadap hari pembalasan. 


Keempat: Berbuat Riya. Riya adalah salah satu perbuatan yang dilarang dalam beragama. Tidak semestinya seseorang mengumbar-umbarkan apa yang sudah didapatkan atau diperbuat olehnya, baik itu mendapatkan sesuatu yang berharga atau melakukan perbuatan ibadah. Perbuatan seperti ini akan membuat orang lain tersinggung, bahkan bisa membuatnya tidak suka kepadanya. Beliau menyatakan bahwa hal ini terjadi karena ia tidak meyakini akan adanya hari pembalasan atas perbuatan-perbuatan yang ia lakukan di dunia.


Kelima: Tidak menolong terhadap sesama manusia. Pada dasarnya, fitrah manusia cenderung ingin bersosial dan berkumpul dalam suatu wilayah. Dengan demikian menunjukkan adanya sifat ber-kebutuhan manusia terhadap sesama manusia lainnya. Realisasi kelima ini adalah sebagai realisasi atas pengingkaran terhadap hari pembalasan. Jika terdapat seseorang yang memiliki sifat seperti ini, bahwa karena ia tidak memilki bahkan mengingkari akan hal itu. Sangat sering terjadi dalam kehidupan ini seorang kaka dan adik tidak saling menolong, ibu dan anak tidak saling menolong, bahkan antar tetanggapun banyak yang tidak salaing tolong menolong. 

Kelima realisasi di atas adalah akibat dari pengingkaran seseorang terhadap hari pembalasan. Dengan demikian bahwa semua itu dapat dijadikan sebagai tolok ukur keimanan seseorang dan dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, atau justru tolok ukur tersebut dapat kita jadikan sebagai alat perenungan bagi diri kita sendiri untuk disandarkan pada keimanan kita kepada hari pembalasan.

Apabila seseorang yakin akan adanya hari pembalasan, otomatis ia akan mengatur perbuatannya dengan sistematis dan teratur, sehingga ia tidak akan berlaku sewenang-wenang kepada anak yatim. Tidak akan makan sendirian, ia pasti akan melihat ke bawah terlebih dahulu sebelum ia menyantap makannya, sebagaimana harus menjadikan Nabi tauladan kita bahwa sebelum ia makan ia selalu mengelilingi umatnya, karena ia sangat khawatir apabila terdapat umatnya yang kelaparan sedangkan dirinya makan dengan nikmat. 

Tidak akan melalaikan shalat, karena ia tahu dan yakin bahwa shalat itu akan membuat dirinya menjauhi dari perbuatan keji dan mungkar. Dengan ketaatan dan ketundukan dalam shlatnya menandakan dirinya sangat takut akan siksa dan murka Allah, sehingga ia merasa dirinya diawasi oleh-Nya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun