Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal Maulana
Muhamad Iqbal Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir di Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra, Jakarta Selatan.

Jangan berhenti ketika lelah, namun berhentilah ketika sudah berakhir.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konsekuensi Logis atas Keimanan Manusia terhadap Hari Pembalasan

11 Juni 2019   19:00 Diperbarui: 11 Juni 2019   19:13 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penciptaan yang Bukan sia-sia

Manusia adalah makhluk yang sangat sempurna daripada makhluk yang lainnya. Dengan diberinya alat untuk berfikir membuat dirinya lebih istimewa dan itulah yang menjadi ciri khas dalam diri manusia. Alat tersebut dapat mengantarkan manusia pada derajat yang lebih tinggi dari malaikat, juga bisa mengantarkannya pada derajat yang lebih rendah dari binatang.

Diberinya alat tersebut, manusia menjadi salah satu makhluk yang siap untuk memikul agama setelah Tuhan menawarkan agama-Nya kepada gunung, matahari, dan yang lainnya. Manusia menerima sebuah taklif dari-Nya hingga dalam nash ia dikategorikan sebagai makhluk yang bodoh karena penerimaannya untuk beragama.

Pada dasarnya, Agama menjadi sebuah tata-pengatur dalam tindakan manusia di kehidupan ini, yang mana dengannya saling menopang dan menselaraskan anatar agama dan akal manusia untuk mengantarakannya pada Tuhannya, serta menjadikannya Insan Kamil (manusia sempurna).


Dalam suatu Agama sudah semestinya terdapat dogma-dogma yang harus diyakini olehnya, sebagaimana dalam pembicaraannya Murtadha Muthahhari bahwa fitrah manusia itu cenderung untuk beragama, ia sudah terpatri dalam fitrahnya untuk menerima taklif tersebut. Ia juga mengatakan bahwa fitrah manusia itu cenderung bertuhan, hingga manusia tak terlepas akan pencariannya terhadap Tuhan Sejati.

Mengenai dasar-dasar keagamaan atau disebut dengan Usshuluddin, sudah semestinya akan adanya tiga prinsip dalam beragama, yakni Tauhid, Kenabian, dan Hari Pembalasan. Tauhid  adalah salah satu asas yang harus dipertahankan dalam beragama. Manusia harus menemukan Tuhannya yang Sejati, tuhan yang tidak ada duanya bahkan mustahil akan ke-ada-annya tuhan yang lain. Ia meyakini bahwa Tuhan itu adalah Esa. 

Sebagai konsekuensi logis sangat tidak mungkin apabila pengaturan alam yang indah ini diatur dan diciptakan oleh dua tuhan, yang mana dengan adanya dua tuhan akan saling bertabrakan dan menunjukkan bahwa tuhan itu terbatas. Maka dari itu, keyakinan akan ketidak terbatasannya Tuhan menunjukkan bahwa Tuhan itu Esa.

Kenabian adalah asas kedua yang harus diyakini dalam setiap agama. Ia adalah sebagai makhluk pembawa agama dan risalah-Nya agar bisa direalisasikan oleh manusia itu sendiri. Ini juga sudah menjadi keharusan bagi Tuhan untuk menciptakan nabi-nabi, karena hanya mereka yang mampu menerimanya sebagai asistant Tuhan. Mereka adalah pembimbing manusia agar mengetahui bagaimana cara beragama dan bagaimana ia berkomunikasi dengan Tuhannya lewat tata-pengatur (agama) tersebut. 


Adapun Hari Pembalasan atau hari kiamat adalah asas ketiga yang sangat penting dalam beragama itu sendiri. Sudah semestinya manusia harus meyakini hari pembalasan, akan tetapi hal ini dari sejak dahulu sampai sekarang banyak diselewengkan oleh manusia, bahkan dianggap sebagai suatu hal yang mustahil akan terjadi. Seperti keyakinan yang dianut oleh kaum materialisme yang meyakini bahwa manusia itu hidup berjalan menuju kehancuran dan kematian adalah akhri dari segalanya, karena alam inu muncul dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan, oleh karena itu mereka mengingkari hari pembalasan. 


Prinsip ini mengajak manusia agar mengetahui dan meyakini bahwa setelah ia dimatikan di dunia kemudian dikubur di dalam tanah akan dibangkitkan kembali oleh-Nya. Hal ini merupakan suatu hal yang sangat logis, dengan tingkah laku dan perbuatan manusia ketika di dunia menuntut akan adanya pembalasan, entah itu perbuatan baik ataupun buruk. Jika hal ini tidak terjadi, maka sia-sialah manusia diciptakan oleh Tuhan. 


Tuhan menciptakan semua ini disertai dengan tujuan. Ia ingin manusia sempurna kembali kepada-Nya dengan tata-pengaturan yang dibawa oleh para nabi. Yang menjadi perhatian penulis bahwa keyakinan yang ketiga ini sangat banyak disinggung oleh Nash. Itu menunjukkan bagaimana perhatian Tuhan kepada manusia untuk meyakininya bahwa itu benar-benar akan terjadi dan akan terbukti.


Realisasi Keimanan Seseorang terhadap Hari Pembalasan


Dari ketiga keyakinan dalam beragama, penulis hanya membahas keyakinan yang ketiga. Hal ini sangat menarik untuk dibahas bahwa penulis menemukan tolok ukur dari keimanan seseorang terhadap hari pembalasan dalam kitabnya Syekh Nashir Makarim Syirazi.


Sebagaimana pada judul di atas, penulis mengambil satu surah Al-qur'an, yakni surah Al-Ma'un. Sebab turunnya surah ini terjadi pada saat Abu Sofyan yang ketika itu sedang berkumpul dan bergembira bersama teman-temannya. Mereka sedang merayakan suatu hajat disertai dengan masak-masak daging kambing yang banyak. Seketika daging sudah matang, datanglah seorang anak kepada mereka. Ia adalah anak yatim yang tidak memilki tempat tinggal. Ia kelaparan, hingga membuatnya untuk meminta sedikit santapan daging kambing yang dihidangkan oleh mereka. Akan tetapi, permintaan sang anak tidak dikabulkan oleh Abu Sofyan, ia hanya bisa memberikan usiran dan pukulan tongkatnya terahadap anak itu. Setelah itu, Tuhan memepringatkan Nabi Muhammad dengan turunnya ayat ini.


Dalam surat tersebut, Syekh Nashir menyatakan bahwa keimanan seseorang atas hari kiamat atau hari pembalasan akan terealisasi dan kehidupan sehari-hari. Dalam kitabnya bahwa di surah al-Ma'un terdapat lima akibat dari pengingkaran terhadap hari pembalasan dan ini pun adalah sebagai realisasi dari pengingkarannya terhadap hari kiamat.
Pertama: Menghardik anak yatim. Perbuatan ini adalah realisasi pertama yang dinyatakan olehnya, sebagaimana latar belakang dari penurunan surah ini. Seseorang yang tidak meyakini hari pembalasan akan mengakibatkan dirinya untuk berlaku sewenang-wenangnya terhadap anak yatim. Ini adalah akibat dari pengingkarannya terhadap hari pembalasan.


Kedua: Malas memberi makan kepada orang miskin. Perbuatan tersebut dapat disaksikan dalam kesidupan sehari-hari. Banyak sekali orang miskin kelaparan, sementara kita bisa makan enak tanpa melihat kebawah bahwa ada di sekitar kita yang tidak makan. Hal ini membuat syekh Nashir menyimpulkan bahwa apabila seseorang makan tanpa melihat dan melirik kepada orang miskin bahkan tidak memberinya makan sedikitpun, itu merupakan hasil dari pengingkarannya terhadap hari pembalasan.


Ketiga: Melalaikan Shalat. Ia menyatakan bahwa sudah menjadi keharusan untuk melihat dan merenungkan diri sendiri, apakah kita termasuk orang yang melalaikan shalat. Hal ini bukan berarti lalai dalam waktu shalat saja, akan tetapi lalai dalam segalanya, baik waktu, rukun, syarat, dan adab shalat. Jika dalam shalatnya masih lalai, maka hal itu terjadi karena pengingkarannya terhadap hari pembalasan. 


Keempat: Berbuat Riya. Riya adalah salah satu perbuatan yang dilarang dalam beragama. Tidak semestinya seseorang mengumbar-umbarkan apa yang sudah didapatkan atau diperbuat olehnya, baik itu mendapatkan sesuatu yang berharga atau melakukan perbuatan ibadah. Perbuatan seperti ini akan membuat orang lain tersinggung, bahkan bisa membuatnya tidak suka kepadanya. Beliau menyatakan bahwa hal ini terjadi karena ia tidak meyakini akan adanya hari pembalasan atas perbuatan-perbuatan yang ia lakukan di dunia.


Kelima: Tidak menolong terhadap sesama manusia. Pada dasarnya, fitrah manusia cenderung ingin bersosial dan berkumpul dalam suatu wilayah. Dengan demikian menunjukkan adanya sifat ber-kebutuhan manusia terhadap sesama manusia lainnya. Realisasi kelima ini adalah sebagai realisasi atas pengingkaran terhadap hari pembalasan. Jika terdapat seseorang yang memiliki sifat seperti ini, bahwa karena ia tidak memilki bahkan mengingkari akan hal itu. Sangat sering terjadi dalam kehidupan ini seorang kaka dan adik tidak saling menolong, ibu dan anak tidak saling menolong, bahkan antar tetanggapun banyak yang tidak salaing tolong menolong. 

Kelima realisasi di atas adalah akibat dari pengingkaran seseorang terhadap hari pembalasan. Dengan demikian bahwa semua itu dapat dijadikan sebagai tolok ukur keimanan seseorang dan dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, atau justru tolok ukur tersebut dapat kita jadikan sebagai alat perenungan bagi diri kita sendiri untuk disandarkan pada keimanan kita kepada hari pembalasan.

Apabila seseorang yakin akan adanya hari pembalasan, otomatis ia akan mengatur perbuatannya dengan sistematis dan teratur, sehingga ia tidak akan berlaku sewenang-wenang kepada anak yatim. Tidak akan makan sendirian, ia pasti akan melihat ke bawah terlebih dahulu sebelum ia menyantap makannya, sebagaimana harus menjadikan Nabi tauladan kita bahwa sebelum ia makan ia selalu mengelilingi umatnya, karena ia sangat khawatir apabila terdapat umatnya yang kelaparan sedangkan dirinya makan dengan nikmat. 

Tidak akan melalaikan shalat, karena ia tahu dan yakin bahwa shalat itu akan membuat dirinya menjauhi dari perbuatan keji dan mungkar. Dengan ketaatan dan ketundukan dalam shlatnya menandakan dirinya sangat takut akan siksa dan murka Allah, sehingga ia merasa dirinya diawasi oleh-Nya. 

Tidak akan berbuat riya, dan akan menolong terhadap sesamanya. Semua ini adalah bentuk realisasi dari keyakinannya kepada hari pembalasan. Ia meyakini bahwa Allah menciptakan dirinya tidak sia-sia. Kematian bukan lah akhir dari kehidupan, ia yakin bahwa setelah kematiannya akan ada pembalasan atas apa yang telah diperbuat olehnya, sehingga dengan keyakinannya ia akan mentata-kelola perbuatannya yang selaras dengan undang-undang keagamaan.

*Tulisan ini ditulis sebagai hasil pemahaman saya terhadap penafsiran Surah al-Ma'un dalam Al-Amtsal fii Tafsir Kitabillah al-Munzal; karya Syeikh Nashir Makarim Syirazi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun