Meski demikian sebenarnya kubah warna hijau tersebut membentuk kepakan sayap Burung Elang atau yang juga dikenal Burung Garuda.
Sejarah Pembangunan Gedung Kura-kura
Berbeda halnya dengan Gedung Nusantara I gedung utama parlemen Indonesia ini, justru masih berdiri kokoh. Gedung hasil rancangan arsitektur Soejoedi Wirjoatmodjo memenangkan sayembara pembangunan gedung itu.
Pembangunan gedung itu awalnya bukan ditujukan sebagai gedung parlemen namun sebagai lokasi Conference of the New Emerging Forces ( CONEFO) tahun 1966. Namun karena adanya peristiwa kelam G30S/ PKI akhirnya pembangunan gedung tersebut tertunda sampai Bung Karno dimakzulkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara ( MPRS) pada tahun 1967 setelah kelengkapan pidato Nawaksara ditolak oleh MPRS. Sampai akhirnya secara perlahan pemerintahan jatuh kepada Soeharto selaku Pejabat Presiden.
Pada Maret 1967 Presiden Soeharto memerintahkan agar gedung yang sempat mangkrak tersebut dituntaskan pembangunannya dan merubah fungsinya dari yang awalnya untuk Conefo menjadi Gedung MPR- DPR. Â
Soejoedi selaku arsitektur gedung tersebut memilih mengundurkan diri pada tahun 1972 padahal gedung tersebut hampir rampung, pembangunan tersebut dilanjutkan kemudian oleh Ir. Sutami dan benar-benar rampung pengerjaannya pada tahun 1983.
Krisis moneter yang menerpa Indonesia dan hampir semua negara di dunia akhirnya membuat Presiden Soeharto yang sudah berkuasa selama 31 tahun, jika dihitung dari pelantikannya oleh MPRS tahun 1967 secara resmi pada tanggal 21 Mei 1998 dan digantikan oleh Wakil Presiden Baharuddin Jusuf Habibie sampai tahun 1999.
Yang menarik pada tanggal 19 -20 Mei 1998 kubah hijau tersebut nampak kuat menanggung beban ribuan mahasiswa yang mendudukinya. Hal ini tentunya merupakan pembuktian bahwa rancangan dari Soejoedi Wirjoatmodjo sangat kuat dan kokoh meskipun diduduki oleh ribuan orang.