Rasa cemas ini menyelimuti jiwaku. Yang membuatku cemas bukan apa--apa, melainkan waktu. Saat itu aku takut tertinggal dan tidak bisa mengikuti UTBK. Tapi, dengan izin Alah, Alhamdulillah aku masih sempat mengikuti UTBK.
***
UTBK dimulai, di saat orang lain pusing memikirkan jawaban dalam sebuah layar, aku mencobanya untuk menghibur diri. Aku teringat kepada guru PKN ku yang kini menjadi PNS, kata guruku, ketika mengisi sebuah naskah soal jangan dianggap pusing dan menjadikannya itu sebagai sebuah beban, tapi santai saja dan isilah soal-soal itu sesuai kemampuan kita dan yakin pada Sang Pencipta.
Kata-kata itu membuatku tak pusing seperti orang-orang yang di sampingku. Pusing karena memikirkan sebuah jawaban yang pasti. Aku hanya bisa berikhtiar, sisanya serahkan pada Sang Pencipta.
UTBK gelombang kedua selesai. Motor Beat merah itu membawaku pulang. Di perjalanan, suara adzan mulai berkumandang. Akhirnya motor merah ini membelokkan perjalananku ke sebuah masjid.
Sungguh betapa mulianya pengurus masjid itu. Di saat berbuka, Alhamdulillah kami berdua disajikan santapan berbuka. Entah mengapa aku suka dengan masjid. Bagiku masjid bukan hanya tempat beribadah, tapi tempat menenangkan diriku.
***
Semua rangkaian UTBK telah ku lalui. Kini aku tinggal melihat hasil. Saat itu hasil UTBK gelombang pertamaku 547 (rata-rata) dan gelombang kedua (541). Hanya berbeda sedikit, tapi membutuhkan pengorbanan yang berarti.
Selepas melihat hasil, kebingungan mulai menyelimuti diriku. Aku bingung harus memilih yang mana. Jujur, diriku ini sangat resah, aku malu belum bisa lolos di Perguruan Tinggi Negeri. Aku melihat teman-temanku sudah lolos di tempat yang diinginkannya. Tapi aku yakin bahwa Tuhan sudah menyiapkan yang terbaik untukku.
Setelah didiskusikan dengan orang tua, guru, dan orang dekat lainnya, aku putuskan hasil UTBK ini akan ku tujukan pada PTN melalaui SBMPTN ke Kota Pempek (Universitas Sriwijaya) dan kota dekat pesisir pantai, Banten (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa). Mulai saat itulah aku berfikir apakah harus berlayar menembus samudera atau menikmati di pesisir pantai.
Selain SBMPTN, aku juga sudah siapkan planning yang paling pahit, yaitu menimba ilmu di Kota 1001 nama, yakni di Ibukota kita tercinta.