“Tokoh-tokoh Muhammadiyah yang hebat-hebat itu, sekarang sudah tak berbekas sama sekali. Anak-anaknya, keluarganya sekarang tidak ada lagi yang berkiprah di Muhammadiyah.”
“Tapi sekarang sudah mulai muncul kembali, meski baru usia-usia SMA.” Yang lain menimpali.
Kedekatan Muhammadiyah dengan penguasa, kenyamanannya, telah membunuh Muhammadiyah dan menidurkannya. Ada permasalahan regenerasi di Muhammadiyah yang membuat mata rantai kaderisasinya terputus. Besarnya kuantitas siswa sekolah-sekolah Muhammadiyah serta mahasiswa di PT Muhammadiyah tak sebanding dengan mereka yang kemudian mau menjadi kader persyarikatan.
Kondisi sulit yang dialami Muhammadiyah membangkitkan dari tidurnya. Ada pasang, ada surut, ada kondisi dimana semangat itu turun, dan sebaliknya, ketika ia bangkit kembali. Antusiasme seperti ini mungkin salah satu bentuknya.
Antusiasme inilah yang harus ditangkap oleh Dr. HM. Saerozi M.Ag yang terpilih kembali untuk memimpin PDM Kabupaten Semarang lima tahun ke depan, agar peluang ini tidak berlalu begitu saja, kemudian sirna kembali.
Agar anak-anak kecil, yang rela duduk di rerumputan, mengikuti rangkaian acara pembukaan dengan seksama, meski dalam keadaan lelah dan lapar, kelak menjadi kader-kader yang tangguh.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI