Dalam kehidupan berumah tangga, suami bertindak sebagai “raja” dan melakukan apa saja yang dikehendaki.
Arab jahiliyah merasa sangat hina jika mempunyai anak perempuan, sebab dianggap pembawa sial. Anak perempuan harus dibunuh, atau dikubur hidup-hidup.
Kisah mengharukan tentang perempuan juga terjadi pada saat sahabat Nabi yaitu Ummar Bin Khattab, yang membunuh bayi perempuannya.
Bahkan Umar bin Khathab pernah berkata, "Pada masa jahiliyah, perempuan itu tak ada harganya bagi kami.
Sampai akhirnya Islam datang dan menyatakan bahwa perempuan itu sederajat dengan laki-laki."
Di belakang hari setelah Umar masuk Islam, ia sering meneteskan air mata, bahkan tersendu sehingga janggutnya yang panjang menjadi basah.
Ceramah Rasullallah Saw tentang kewanitaan, tak sanggup membendung kesedihannya.
Pikirannya melayang jauh saat dimana dia menguburkan anak perempuannya hidup-hidup. Cerita kelabu masa lalu Umar yang begitu menyakitkan dan menyesakan.
Pada zamannya, wanita Arab bukan hanya mentradisikan sistem pingitan dan kawin paksa, tapi juga “menendang” wanita kelembah yang paling hina.
Itulah posisi perempuan dalam wacana sejarah pra Islam.
Mayoritas intelektual dan sejarahwan, terutama dari kalangan Islam melihatnya sebagai sebuah gambaran kehidupan yang sangat buram dan memprihantinkan.