Lalu, bagaimana menjawab orang-orang yang beranggapan bahwa al-Qur'an itu tidak utuh, al--Qur'an hanya sebatas kreasi manusia, buatan Nabi Muhammad dan lain sebagainya? Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud pernah menjelaskan bahwa ada enam argumentasi untuk menjawab sekaligus membuktikan bahwa al-Qur'an bukanlah buatan manusia, melainkan benar-benar firman dan wahyu Allah swt :
Â
Pertama, al-Qur`an sendiri menantang orang-orang yang ragu tentang sumber ketuhanannya di enam tempat untuk membuat karya tandingannya.[6] Terbukti dengan jelas bahwa dari sejak zaman Nabi Muhammad saw sampai sekarang tidak ada satu pun manusia yang bisa membuat karya tandingan untuk al-Qur`an. Ketidakmungkinan al-Qur`an untuk ditiru ini merupakan bukti ilmiah bahwa al-Qur`an bukan karya manusia, melainkan firman Tuhan semesta alam.
Â
Kedua, asumsi bahwa al-Qur`an merupakan produk sastra Muhammad saw adalah tidak benar, disebabkan Muhammad saw bukanlah seseorang yang bisa membaca dan menulis, terlebih menggubah sebuah karya sastra atau sya'ir. Muhammad saw juga sudah dikenal di kalangan penduduk Makkah sebagai orang yang terpercaya (al-amn), bukan seorang pembohong. Fakta bahwa sebuah karya sastra tidak terlalu berbeda dengan ekspresi kebahasaan keseharian seorang pembuatnya, juga tidak ditemukan pada Muhammad saw. Sebab sangat jelas sekali berbeda antara apa yang diungkapkan Muhammad saw dalam bahasa keseharian dengan lafazh-lafazh yang ada dalam al-Qur`an.Â
Â
Ketiga, Nabi saw terbukti selalu mengagungkan bacaan al-Qur`an dengan isti'dzat (membaca A'dzu bil-'Llh minas-syaitnir-rajm) sebelum membacanya, sesuatu yang tidak dilakukannya untuk ucapannya yang selain al-Qur`an. Nabi saw juga selalu mengulang-ulang membacanya, baik di waktu siang di saat senggang ataupun di sebagian besar waktu malamnya. Kalau memang al-Qur`an itu ucapannya sendiri, tentu Nabi saw tidak akan mengulang-ulang membacanya dengan niat memohon petunjuk dan kekuatan.Â
Â
Keempat, tema-tema yang terputus-putus dan beragam masih menjadi sifat ayat-ayat yang konsisten dan utuh yang, sejak awal sekali, dipahami sesuai dengan konteks sosio-historis ayat-ayat tertentu, adalah bukti bahwa al-Qur`an tidak dapat dikuasai oleh pikiran manusia. Terlebih pada faktanya banyak ayat-ayat yang menyoroti tentang alam dan ilmu pengetahuan yang baru ditemukan bukti penguatnya pada abad modern ini, dan sama sekali tidak mungkin terpikirkan oleh manusia di zaman al-Qur`an turun
Â
Kelima, terdapat beberapa ayat yang menegur kekeliruan Nabi Muhammad saw (Misalnya ketika Nabi saw mengabaikan seorang yang buta, beliau ditegur dengan QS. Abasa [80]) dan dalam hal lain memperingatkannya untuk tidak mengubah-ubah firman Allah swt. (Misalnya QS. Al-Isra` [17] : 73-75 dan al-Haqqah [69] : 44-47). Ini menjadi bukti yang kuat bahwa al-Qur`an bukan buatan Nabi Muhammad saw, sebab tidak mungkin seorang pengarang sastra menegur dan memperingatkan dirinya sendiri.Â