Mohon tunggu...
Muhamad Redho Al Faritzi
Muhamad Redho Al Faritzi Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Rangkai Kata, Lahirkan Makna

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Al-Qur'an Hanya Sebatas Kreasi Manusia?

1 Juli 2022   10:05 Diperbarui: 2 Juli 2022   14:46 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desakralisasi al-Qur'an sampai hari ini masih terus dilakukan, marak dimana-mana dan dilakukan oleh pelbagai kalangan. Mulai dari orang awam sampai orang yang ditokohkan. Al-Qur'an terus saja dipandang sebagai teks biasa, buatan manusia termasuk Nabi Muhammad saw. dialah yang mencipatkan maknanya dan menyusun bentuk gaya dan bahasanya. Sehingga sampai sekarang, masih banyak, bahkan bertambah banyak orang yang menafsirkan al-Qur'an seenaknya saja dan akhirnya menghasilkan kesalahpahaman yang terus menerus. Seperti kesalahpahaman memahami ayat al-Qur'an yang menceritakan tentang kisah Nabi Luth; Mempertanyakan ayat al-Qur'an yang membahas shalat lima waktu dan masih banyak yang lainnya.

Apa yang dituangkan dalam al-Qur'an dinilai sebagai cerminan budaya Arab yang membentuknya. Sehingga jilbab, hukum potong tangan, waris, perang dan pernikahan antar-agama mesti ditafsirkan ulang agar sesuai dengan perkembangan zaman hari ini.[1] 

 

Ini adalah asumsi batil. Apabila Nabi menghendaki kekuasaan untuk dirinya sendiri dan menantang manusia dengan mukjizat-mukjizat untuk mendukung kekuasaannya, tidak perlu beliau menisbahkan semua itu kepada pihak lain. Dapat saja menisbatkan Al-Qur'an kepada dirinya langsung, karena hal itu cukup mengangkat kedudukannya dan menjadikan manusia tunduk kepada kekuasaannya. Sebab, kenyataannya tidak semua orang Arab dengan segala kefasihan bahasanya, tidak mampu menjawab tantangan itu. Bahkan ini mungkin lebih mendorong mereka untuk menerima kekuasaannya, karena dia juga salah seorang dari mereka yang dapat mendatangkan apa yang mereka sanggupi.[2]

 

Anggapan bahwa al-Qur'an hanya sebatas buatan manusia, otomatis menjadikan bahwa al-Qur'an bukanlah wahyu, melainkan sebatas teks biasa. Orang yang beranggapan seperti ini berarti ia juga telah menjadi salah satu bagian dalam mengingkari keberadaan wahyu.

 

Salah satu dari pengingkar wahyu adalah orang-orang barat. Orang-orang barat ini bisa dikatakan juga orang-orang jahiliyyah modern, yang dimana mereka seringkali meragukan wahyu dan mendefinisikannya secara tidak tepat. Sebagai contoh, wahyu Perspektif Barat, pernah dijelaskan oleh Dr. Nashruddin Syarief dalam bukunya :

 

"Wahyu sebagai identitas utama agama Islam dipahami oleh sarjana Barat sebagaimana halnya wahyu dalam agama Kristen, yakni bukan sebagai firman Tuhan yang utuh diturunkan kepada Nabi, melainkan diinterpretasikan oleh Nabi, diinterpretasikan juga oleh murid-muridnya, lalu dituliskan sebagai teks manusiawi".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun