Seringkali diri mendengar istilah manusia langitan hanya disempatkan kepada orang-orang yang berilmu tinggi dan hidupnya selalu dipuja karena dirasa memiliki sebuah kharismatik. Â Pemahaman diri yang demikian akan mengakibatkan pembangunan pembatas hidup bahwa tidak mungkin akan mampu menyamai orang-orang atau tokoh-tokoh seperti itu. Â Ketika hal itu sudah menjadi sebuah asumsi yang berkembang maka diri tak pernah akan mampu bahwa hanya sebatas pengekor atau pengikut yang mungkin memiliki pemahaman yang berbeda dengan sang tokoh tersebut.
Bahkan mungkin fenomena yang berkembang orientasi pikir diri akan membenarkan bahwa menjadi pengikut yang gemar berkunjung ke orientasi raga (tempat-tempat yang disinggahi/makamnya) agar mendapatkan ketentraman diri bahkan meminta berkah untuk kehidupan dari mereka. Â Ketika hal ini terjadi bukankah ini merupakan sebuah pilihan jalan yang keliru akibat kemalasan diri dalam baca dan belajar tentang ilmu. Â Dan mengakibatkan diri lupa dengan posisi sebagai pribadi yang sempurna.
Kelupaan diri menelisik dengan sesuatu yang non raga yang dapat digali dengan pencarian ilmu atau pemahaman tentang kehidupan yang di miliki mereka (sebab-sebab) menjadikan dirinya sebagai  seorang yang kharismatik merupakan dampaknya.  Hal ini mengakibatkan kehidupan diri bagaikan hewan ternak yang dibatasi oleh pagar-pagar ilmu yang kurang benar. Dan malah menjadikan diri takut menerjang atau menembus batas karena khawatir tak dapat bertahan hidup karena unsur raga yang kekurangan.
"Tak mungkin diri mampu" adalah sering kali terbenam dalam hati diri kita manakala berbicara tentang manusia langitan. Â Bukankah ini sudah menjadi pembatas kehidupan dalam pencarian identitas diri sebagai manusia. Â Padahal Sang Pencipta menciptakan manusia dari unsur yang sama dan diberi modal yang tidak berbeda pada setiap diri yang diciptakan. Dan tidak heran dalam kehidupan sekarang hidup bukan semakin menjadi tinggi kualitasnya melainkan semakin menyempitkan pagar diri untuk mengembangkan diri menjadi diri yang sempurna.
Kerugian dalam berdagang adalah kata yang tepat manakala diri dalam kondisi yang demikian. Â Tidak pernah mendapatkan keuntungan (kebahagian atau kenikmatan hidup) adalah yang diterimanya karena perilaku mengurangi takaran timbangan untuk menjadi manusia sempurna dilakukan akibat kepemilikan pikir yang demikian. Â Modal yang dimiliki tidak berkembang dan bahkan semakin menyempit akibat perilaku ketidak sadaran diri dalam menggunakan pikir untuk mengembangkan potensi diri sebagai manusia.
Tugas baca dan belajar adalah hal pokok yang harus dilakukan  oleh setiap diri manusia agar dapat mencapai kesadaran hidup.  Maka ketika diri tidak sadar ibarat diri hidup dalam kondisi koma ataupun dapat dikatakan selalu dalam posisi "mabuk".  Berarti posisi koma atau mabuk bukan karena perilaku minum minuman keras atau sakit melainkan sebuah proses belajar yang keliru akibat dari keterbatasan penjara pemahaman tentang kehidupan sebagai diri manusia.Â
Beban Gravitasi Dunia
Memahami tentang gravitasi bumi atau dunia maka orientasi pikir akan selalu pada pemahaman para fisikawan yang menyatakan bahwa manusia bisa hidup manakala magnet bumi masih bekerja. Â Namun ketika gravitasi hilang akan menjadi diri mengambang di udara dan tidak dapat hidup di dunia ini. Â Maka tidak heran manakala pemahaman ini berlaku kehidupan diri akan selalu pada hal-hal yang bersifat keduniawian dan menganggap bahwa hidup di awan adalah hal yang mustahil untuk dilakoninya. Â Manakala diri mengartikan gravitasi secara sempit seperti ini maka hidup akan fokus pada cinta pada dunia.
Sejalan dengan pemahaman umum gravitasi adalah sebuah fenomena alam yang memiliki massa atau energi di alam semesta yang menyebabkan kehidupan dapat berkembang akibat tarikan magnet yang besar. Gravitasi tidak hanya terdapat pada dunia (bumi) saja melainkan bisa terjadi di ruang angkasa (langit). Â Akibat diri tidak membaca secara benar dan lengkap maka mengakibatkan diri terpenjara bahwa gravitasi hanya ada di bumi ini.Â
Padahal makna gravitasi adalah sebuah perjalanan diri yang harus dilakukan dan dilampaui oleh setiap insan agar menjadi manusia yang diciptakan dari tanah untuk menjadi diri insan langitan. Â Semakin tinggi diri mengudara di langit maka diri akan memiliki rotasi garis edar yang luas. Â Dan semakin tinggi diri dalam mengudara akan menjadikan diri mudah untuk melaksanakan tugas sebagai insan yang sempurna.
Hal ini ditegaskan bahwa diri manusia yang mampu mengemban tugas dari Sang Pencipta adalah para manusia langitan yang memiliki kesadaran akan pentingnya mengelola gravitasi. Â Pengelolaan gravitasi inilah seharusnya menjadi acuan untuk kehidupan diri agar mampu berjalan di dunia ini sebagai seorang musafir. Â Apabila diri tidak mampu mengelola gravitasi maka ibaratnya diri diciptakan dari tanah dan hidup untuk mencari tanah agar raga tetap tegar namun memiliki perilaku yang tidak sesuai dengan kehendakNYA .
Melawan beban gravitasi dunia
 Terkadang diri banyak yang terlena dalam menghadapi beban grativasi yang sebetulnya merupakan sebuah masalah dasar yang dialami oleh setiap manusia. Dikatakan sebagai masalah dasar karena merupakan pondasi yang akan mempengaruhi langkah diri dalam memilih arah perjalanan dalam kehidupan di dunia ini.  Dan arah perjalanan inilah yang akan menentukan diri akan beruntung ataupun termasuk golongan diri manusia yang mengalami kerugian dalam kehidupan di dunia
Ketika arah yang dipilih benar maka diri akan mampu menemukan jalan yang benar dan dapat menetralkan gravitasi untuk menuju manusia yang menemukan identitas diri sebagai makhluk yang sempurna. Â Menemukan jalan yang benar karena didasarkan keinginan diri untuk kembali dengan kebaikan akibat kesadaran yang muncul bahwa semua aktivitas hidup akan dipertanggungjawabkan. Â Kesadaran hidup yang di dasarkan oleh ajaran kehidupan akan menjadikan diri mampu mengelola beban masalah yang menjadi semakin kecil sehingga mengakibatkan gravitasi semakin tidak memiliki masa.
Namun kebalikannya jika keputusan pengambilan jalan mengalami kesalahan maka akan menjadikan diri disibukkan dengan grativasi dunia dan lupa menemukan hakekat diri sebagai manusia yang sesungguhnya. Â Karena kehidupannya hanya fokus pada masalah dunia dan mengakibatkan beban semakin besar sehingga waktu tersita untuk masalah keduniawian saja. Â Bahkan mungkin hal ini dapat terjadi pada diri kita yang memiliki pemahaman namun dalam memaknainya masih selalu dihubungkan dengan hal-hal yang fisik dan bersifat keduniawiannya saja.
Tiga langkah yang seharusnya di jalani oleh diri kita agar mampu melawan gravitasi dunia ini agar menjadi manusia langitan adalah 1) memahami hidup dalam gravitasi, 2) melawan gravitasi akan menimbulkan sebuah krisis baru, 3) Bersiap untuk menjadi manusia langitan. Â Pengertian dari ketiganya dapat dijabarkan sebagai berikut:
Pertama memahami hidup dalam gravitasi. Kecintaan manusia terhadap kehidupan dunia (semua hal diukur dengan materi) menunjukkan kondisi bahwa diri masih terjebak dalam lingkaran gravitasi. Â Bahkan mungkin kondisi ini dianggap hal yang wajar karena diri hidup dalam kehidupan yang bersifat material (nyata).
Semua hal-hal yang non materi saja mungkin dianggap tidak ada ataupun jika ada diukur dengan ukuran material juga. Hal ini dikarenakan diri tidak pernah menemukan (terbuka dengan) pemahaman yang mampu menjelaskan tentang masalah perbedaan materi dan non material. Â Jika diri menemukan hal yang baru tentang pemahaman non materi selalu merasa hal ini sangat bertentantangan dengan hal umum maka penemuaannya dianggap sebagai sebuah hal yang tidak pantas untuk di jelaskan lebih lanjut.
Sadar atau tidak bahwa kondisi yang demikian ini sudah biasa terjadi terlebih diri kita manakala berkecimpung dalam hal-hal pemahaman ilmu. Â Hal ini dikarenakan diri tidak mau dikatakan sebagai orang aneh dan asing manakala diri membahas masalah yang berbeda dengan logika umum yang bersifat generalisasi (berterima umum). Â Ketidak siapan diri dikatakan sebagai orang aneh atau asing inilah yang mungkin menjadi penghalang utama dalam menerima kebenaran yang benar dan menganggap bahwa hal yang benar bisa menjadi sebuah kesalahan.
Bahkan mungkin bisa terjadi di dalam kehidupan sehari-hari diri kita di masyarakat. Â Manakala diri menemukan sebuah ilmu baru yang benar karena berbeda dengan pendapat umum yang berlaku di masyarakat dan dianggap bertentangan dengan tradisi yang ada maka ilmu yang baru dan benar itu divonis sebagai ajaran yang menyimpang sehingga perlu untuk di peti es kan. Â Â
Kedua melawan gravitasi akan menimbulkan krisis hidup yang baru, Perbedaan dari pemahaman yang baru di peroleh dengan kebiasaan yang sudah biasa dilakukan oleh setiap diri akan menjadi pertimbangan dasar dalam menyampaikan bahwa apa yang sebetulnya berlaku adalah salah. Â Ketakutan inilah yang menjadi penyebab utama manakala diri masih terjebak dalam gravitasi.
Maka manakala diri yakin dan ingin merevisi pemahaman yang keliru namun sudah menjadi kebiasaan sehari hari akan menimbulkan sebuah masalah baru. Â Munculnya masalah baru inilah yang dikatakan sebagai krisis baru yang akan di dalami oleh setiap diri manusia yang berusaha memperbaiki perjalanan dalam kehidupan di dunia ini. Â Ketika diri tidak kuat dengan tekanan yang muncul maka manakala diri lemah maka akan memilih diam dan tidak akan mengaplikasikan pemahaman baru yang ada karena diri memiliki ketakutan akan gravitasi yang bermasalah.
Namun manakala diri adalah sebagai pribadi yang memiliki prinsip hidup yang baik karena diasah dari pencarian pemahaman-pemahaman yang benar melalui proses baca dan belajar maka apapun hambatan bukan lah menjadi masalah. Â Hal ini dikarenakan hati diri manusia sudah tersiram dengan kesadaran bahwa hidup tidak hanya sekedar hidup saja. Â Pertaruhan pemahaman baru dengan masalah yang dihadapi bukan menjadi penyebab diri untuk selalu berdiam dalam lingkaran gravitasi kehidupan dunia ini.
Ketiga bersiap untuk menjadi manusia langitan. Â Menjadi manusia langitan adalah dambaan setiap diri manusia. Â Karena dengan menjadi manusia langitan ibarat diri adalah makhluk yang terpilih untuk menjadi kekasih Sang Pencipta. Â Bukan merupakan sebuah proses yang mudah mencapai manusia langitan karena dibutuhkan perjuangan yang berat.
Perjuangan yang berat ini bukan di capai hanya dengan proses fisik semata namun dengan cara mengoptimalkan seluruh pemberian dari Sang Pencipta kepada diri manusia. Manakala diri mampu menjadi manusia langitan maka otomatis diri adalah hakekat diri yang memiliki identitas sebagai makhluk yang sempurna. Â Kesempurnaan inilah yang menjadikan diri hidup dalam rel atau arah perjalanan yang benar dalam mengarungi kehidupan di dunia ini.
Sebuah dambaan dan cita-cita diri manusia yang ingin merubah pribadi diri dari derajat yang terendah menjadi makhluk yang memiliki derajat sempurna yaitu sebagai manusia langitan. Â Tahapan dalam mencapai tingkat manusia langitan akan dibahas dalam artikel selanjutnya.
Penutup.
Hanya sekedar humor sufi yang mengajak pembaca untuk membuka pikir dan logika agar mampu menuju kesadaran hidup yang benar. Â Tidak ada yang lucu dan pantas untuk ditertawakan. Â Yang pantas ditertawakan adalah perbedaan pemahaman tentang pemahaman yang dimiliki antara penulis dan pembaca. Â Terima kasih
Wajah yang rupawan menjadi dambaan setiap insan.... Perilaku yang elok adalah sinaran dari Sang Pencipta... Karena hidup digerakkan dan di hidupkan olehNYA...
Tak usah ragu dan bimbang dengan keaadaan..... Menjadi manusia langitan adalah hakekat identitas yang sesungguhnya... Â Memiliki rotasi yang selalu menjadi kompas kehidupan bagi makhuk lainnya
Magelang, 18/8/2023
KAS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H