Sebagai lembaga yang mandiri maka mungkin banyak yang mengelolanya ibarat sebagai lembaga bisnis dan berpikir semakin banyak uang yang masuk dari siswa/mahasiswa akan mampu mempertahankan kesehatan lembaga dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Â Karena hal ini dilakukan untuk mengurangi ketidakpastian atas subsidi yang diberikan oleh pemerintah. Â Maka tidak salah ketika swadana yang menjadi prioritas utama dalam penerimaan siswa/mahasiswa.
Secara tidak sadar posisi yang demikian akan menuju pada arah segmentasi pasar agar selalu dapat uang yang banyak dan lembaga selalu ingin dilihat sebagai lembaga yang sehat keuangan dan bersifat going concern (kepastian dalam kelangsungan hidupnya). Â
Walaupun mungkin memang ada yang mendapatkan subsidi atau bea siswa namun prosentase nya perlu diperhatikan kembali. Â Segmentasi ini terjadi akibat dari keinginan dari lembaga untuk mendapatkan dana yang cukup dan berkepastian dari calon siswa/ mahasiswa. Â Segmentasi yang terjadi adalah:
Segmen pertama, adalah golongan elite. Â Segmen ini adalah bagaimana strategi mengisi calon siswa/mahasiswa yang memang dikhususkan untuk mereka yang memiliki "kasta". Â Segmen ini tidak melihat secara penuh tentang kemampuan calon siswa/mahasiswa masalah prestasi akademiknya melainkan dilihat dari memo dari latar belakang yang dimiliki. Â
Ketakutan anak dari para golongan kasta di tolak di lembaga pendidikan yang dikelola akan menjadikan ganjalan dalam perjalanan karir baik pribadi pengelola maupun institusinya. Â Maka menerimanya adalah alternatif yang dipilih untuk menyelamatkan posisinya.
Segmen kedua, adalah golongan mampu. Â Segmen ini diutamakan mereka yang memiliki potensi akademik (namun prosentase penerimaan hanya sekedarnya) hal ini untuk menunjukkan kepada luar tentang kualitas yang diembannya. Â
Sedangkan prosentase terbesar yang diterima adalah mereka yang memiliki latar belakang ekonomi yang kuat dan dipastikan mampu mengikuti dan membayar biaya pendidikan yang dibebankan termasuk sebagian adalah subsidi untuk yang tidak mampu.Â
Siswa atau Mahasiswa yang yang berasal dari keluarga yang berkecukupan mungkin tidak menjadi beban karena kepemilikan materi yang lebih dari cukup sehingga diharapkan mampu mengikuti proses pendidikan secara penuh mulai dari biaya pendidikan sampai non pendidikan. Â Namun untuk sebagian besar orang tua yang ingin anaknya lebih maju dari orang tuanya (kondisi menengah kebawah) menjadi sebuah pemikiran yang serius sampai harus gali lubang tutup lobang.
Segmen ketiga, adalah golongan kurang elite dan kurang mampu. Segmen ini memang untuk mereka yang secara akademik kurang memenuhi standar namun hanya sekedar memenuhi kuota yang diharuskan.  Segmen ketiga ini juga biasanya merupakan beban bagi lembaga karena prestasi akademiknya dan latar belakang ekonominya.  Namun karena ini adalah sebuah aturan yang harus di patuhi maka segmen ketiga adalah harus siap dengan resiko yang dihadapinya.Â
Memang banyak tawaran bea siswa yang diberikan oleh lembaga atau pemerintah. Â Namun di dalam mencarinya pun disertai dengan syarat-syarat yang mungkin memberatkan para siswa/mahasiswa. Â Bahkan tidak sedikit bantuan untuk orang miskin pun dipakai oleh mereka yang kurang pas jika dikatakan orang miskin. Â
Mungkin ini hanya pengamatan kami yang salah dalam melihat kondisi pendidikan sekarang ini. Â Namun jika diri mau merenung mungkin ini sebagai strategi bisnis lembaga pendidikan agar dapat eksis dalam kompetisi pendidikan yang ada.