Sering diri kita mendengar nasehat yang menyatakan "Hiduplah diri dengan penuh kesabaran". Â Sebuah nasehat yang simple yang sering diri dengar ketika musibah menghampiri dalam perjalanan di kehidupan ini. Â Simplenya nasehat tersebut mungkin tak pernah diri memahami secara utuh makna yang tersirat di dalamnya. Â Ataupun hanya sekedar kalimat pelipur lara untuk mereka yang baru terkena musibah.
Memang realita selalu membuktikan demikian, Â tak pernah diri kita mengucapkan kata sabar sebagai bentuk selamat kepada mereka yang baru "diuji" dengan kebaikan. Â Suatu misal ketika diri mendapatkan jabatan atau menerima uang yang banyak akibat kenaikan pangkat, Â jarang sekali mendengar orang lain mengucapkan kata-kata tersebut.
Mengapa demikian? Apakah ini sudah merupakan budaya yang menjadi penjara diri manusia bahwa pemahaman sabar hanya dihubungkan dengan hal-hal yang bersifat "kesedihan". Â Jika hal ini tidak kita renungkan maka tak mungkin menemukan suatu yang mengganjal tentang makna sabar yang harus dijalani dalam kehidupan sehari-hari
Kesabaran yang harus dilakukan ketika menjalani aktivitas adalah merupakan hal wajib dilakukan dalam kehidupan ini. Â Bentuk aktivitas ini bisa saja merupakan hal yang bersifat kebaikan maupun dalam bentuk musibah. Â Karena hidup diri adalah seperti roda pedati yang kadang di atas dan kadang di bawah.
Ketika diri dalam posisi di atas maka tak ubahnya diri dalam kondisi yang "bahagia". Â Karena mengalami kecukupan materi, kesenangan dirasakan ataupun kondisi yang diliputi dengan banyak teman sehingga kebahagian (semu) menyelimuti hati diri kita. Â Hal ini menjadikan diri lupa bahwa sebetulnya dalam kondisi demikian akan menjadikan diri mudah turun ke bawah dan kebahagiaanpun akan cepat sirna.
Namun sebaliknya ketika diri dibawah karena dirundung oleh banyak halangan atau dihampirinya sebuah musibah sehingga orang menganggap ini merupakan kesedihan yang dirasakan. Â Memang tidak salah ketika diri banyak menerima kata-kata sabar dari orang yang bersimpati untuk memberikan dukungan moril agar kuat dalam menghadapinya. Â Karena pemahaman mengatakan bahwa posisi dibawah seperti ini adalah awal diri kita untuk naik ke atas.
Maka perlu kiranya membudayakan hal yang baru untuk memberikan ucapan sabar kepada teman atau saudara kita yang baru mendapatkan posisi yang dilingkupi dengan kesenangan ataupun kebahagiaan dan bukan hanya untuk yang baru menimpa kesedihan. Â Hal ini dengan tujuan agar diri selalu menjalani proses kehidupan dengan penuh kesabaran dan akhirnya mendapatkan mahkota kesabaran.Â
 Pribadi yang Sukses dalam Kesabaran
Pribadi yang sabar adalah merupakan diri manusia yang masih memiliki harapan yang kuat untuk hidup. Â Harapan yang kuat untuk hidup ini tidak hanya semata-mata untuk tujuan tertentu melainkan bahwa adanya kepemilikan kekuatan yang harus dibangun kembali untuk meneruskan perjalanan di kehidupan di masa depan.
Pribadi yang sabar selalu memiliki "visi  dan nuansa" untuk waktu dan masa depan.  Harapan sabar jangan hanya dihubungkan dengan fungsi jasadiyah (fisik/materi) maka harapan yang dimiliki sekedar bentuk pemenuhan atas kebutuhan fisik hidup manusia di muka bumi ini.Sehingga fungsi sabar bukan hanya sekedar bentuk jasadiyah (fisik/materi) atau ruhuniyah (jiwa) yang merupakan pasangan yang dimiliki oleh manusia.  Maka perlu kiranya harapan sabar adalah sebuah satu kesatuan antara jasadiyah dan ruhuniyah.
Kualitas pribadi yang sabar akan terbentuk jika keseimbangan itu menyertai dalam perjalanannya. Â Karena dalam kandungan kualitas sabar ini akan membangun sifat ketenangan diri (jasad dan jiwa) manusia. Â Ketenangan yang dimiliki akan menggerakkan kerja indra yang sesungguhnya (kepala, Perasaan dan keinginan) sehingga mampu membentuk pribadi yang sukses.
Pribadi yang sukses dalam kesabaran tercermin dengan kepemilikan sifat diri yang memiliki: 1) comitment; 2) consistence; 3) consequences; 4) continuous. Â Karena pribadi yang sabar akan selalu teguh dan yakin bahwa harapannya akan terpenuhi dan tidak goyah dengan tipu daya yang akan mengakibatkan bergesernya jalan lurus kehidupan di masa depan. Â Karena mungkin sekarang banyak fenomena diri yang mudah tergoda dan terkena tipu daya yang berakibat bergesernya garis perjalanan diakibatkan diri yang kurang memiliki sifat tersebut.
Kesabaran yang dimiliki dengan karakter tersebut akan mampu menumbuhkan rasa penerimaan diri terhadap ujian dan tantangan yang muncul dihadapannya baik dalam bentuk kesenangan ataupun kesedihan. Â Baginya kesabaran adalah merupakan hal yang biasa dan harus dilalui serta bukan hal yang menjadikan diri terlena ataupun lalai dengan kondisi tersebut. Â
Hati yang lapang dan siap menerima kondisi (baik senang atau susah) merupakan sebuah cerita yang menjadi penguat diri dalam perjalanan di kehidupan dunia ini. Â Kondisi senang ibarat seperti pengisian bahan bakar agar diri mampu berjalan lebih lama lagi. Â Sedangkan kondisi kesedihan dianggap sebagai selingan dari sebuah perjalanan. Â Perasaan ini muncul jika diri memiliki keyakinan bahwa tidak ada jalan yang selalu mulus tanpa hambatan dan indah, namun jalan kehidupan yang dijalani juga harus menjalani liku-liku perjalanan dengan tanjakan dan turunan yang tajam sebagai keindahan perjalanan untuk menjadi pemenang.
Kemenangan diri menyelesaikan perjalanan dengan kesabaran bukan sebagai sebuah kebanggaan melainkan akan menjadikan diri mendapatkan pribadi yang bermahkota kesabaran.
Mahkota Kesabaran
Hidup di dunia ini adalah bentuk pertanggungjawaban diri setelah dilahirkan. Â Rasa tanggung jawab ini muncul karena diri tidak sekedar hidup namun memiliki tugas yang harus diemban. Â Tugas berat yang seharusnya menjadi diri manusia sebagai makhluk yang sempurna. Namun akan menjadi ringan jika diri memiliki pemahaman atas perjalanan kehidupan di dunia ini.
Ketika pemahaman akan kehidupan di dunia ini di dasarkan atas pengetahuan yang "keliru" maka diri akan terjebak pada kondisi yang menyebabkan beban. Â Padahal sebetulnya diri hidup di dunia ini sudah diberikan bekal yang cukup oleh Sang Pencipta.Â
Ketidaksadaran diri dengan adanya bekal ataupun menganggap bahwa bekal adalah sama dengan beban karena diri tak pernah memahami atau mengenal pemahaman yang sesungguhnya. Â Jika diri demikian maka tak ayal lagi akan menjadi orang yang selalu hidup dalam kekhawatiran dan selalu berkeluh kesah.
Rasa kekhawatiran dan senang berkeluh kesah akibat diri salah dalam memaknai kesabaran. Â Jika salah dalam memaknai kesabaran maka gambaran mahkota kesabaran adalah harapan yang bersifat materi dan keduniawian. Â Pribadi yang demikian sering dikatakan sebagai diri yang tidak mengenal bekal dan bersifat "cengeng". Â Karena makna sabar adalah sebuah kekuatan bukan rasa cengeng yang muncul.
Setiap kesabaran yang muncul dari pribadi orang yang berkualitas akan menumbuhkan hal yang baru bahkan akan membentuk perilaku yang baik.  Perilaku yang baik inilah yang akan membentuk  sebuah pribadi manusia yang tangguh atau bertanggungjawab dalam kehidupan dan dikatakan sebagai mahkota kesabaran. Â
Pribadi yang bermahkota kesabaran bukan gambaran seorang raja yang memiliki mahkota, malah mungkin menjadi diri yang sangat sederhana karena hidupnya jauh dari urusan dunia. Â Karena di dalam mahkota kesabaran ini terdapat nilai nilai: 1) optimisme; 2) self confidence; 3) jiwa besar (to forgive and to forget); 4) self control; 5) risk taker (plan of external control).
Pribadi yang demikian akan selalu memiliki kinerja yang bagus (dalam ukuran keseimbangan) atau malah bisa menjadi diri yang outstanding performance dan bukan sebagai pribadi yang mediocore (asal jadi).  Inilah pribadi yang memiliki kualitas kesabaran karena dirinya adalah pribadi yang non populer namun hidupnya mampu menembus batas yang tak terbatas.
 Diri yang memiliki kualitas kesabaran adalah mereka yang mampu menjadi manusia pilihan.  Karena hidupnya adalah pro aktif bukan hidup dengan pasif reaktif atas kondisi yang dijalani dengan tetap berkomunikasi dengan Sang Pencipta.  Karena diri dalam kehidupan selalu tumbuh rasa imajinatif yang kreatif untuk menembus kondisi yang dihadapi dan merupakan hal yang membahagiakan dalam hidupnya.
Melihat kondisi diri manusia yang memiliki kualitas kesabaran tersebut maka tidak heran jika hidupnya selalu dalam belaian tangan dan kemurahan atau perlindungan Sang Pencipta. Â
Hanya sekedar renungan diri atas nilai kesabaran. Â Jika salah atau berbeda pemahaman ini pantas ditertawakan karena ini hanya sekedar humor sufi. Â Namun jika ini sebuah kebaikan mari kita merubah pemahaman agar menjadi diri yang memiliki tingkat kualitas kesabaran yang tinggi.
Mengapa diri memakai sutra untuk menutup badan?... Hiasan dan bordiran diperjelas agar nampak elok dipandang mata... Semua dilakukan untuk nilai sebagai manusia.... Namun diri rapuh ketika dihadapkan dengan beban kehidupan.Â
Terima kasih
Magelang, 1/3/2022
Salam
KAS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H