Mohon tunggu...
Muhajir Arrosyid
Muhajir Arrosyid Mohon Tunggu... dosen -

Warga Demak, mengelola tunu.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tadabbur Rindu (1)

11 April 2017   08:33 Diperbarui: 11 April 2017   08:52 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Al Kahfi. Tunu punya ingatan tentang kisah Askabul Khahfi. Kisah itu pernah dia dengar dari guru agamanya sewaktu ia masih Sekolah Dasar. Kisah tentang seorang tujuh pemuda yang hidup di sebuah pemerintahan yang dholim. Pemerintahan yang menyeru kepada rakyatnya untuk meninggalkan Allah.  Para pemuda ini masih bertahan pada keimanannya dan kesana-kemari mengajak kepada masyarakat untuk melakukan hal yang sama. Akibatnya apa? Akibatnya para pemuda itu dikejar-kejar tentara kerajaan. Mereka galau, seperti hati Tunu sekarang. Selama ia berkeliling mengajak untuk kembali ke jalan Allah tidak ada satupun orang yang mendengarkan seruannya. Mereka hanya mendapat satu pengikut yaitu seekor anjing bernama Raqim.

Bigitulah kisah Askhabul Kahfi sebagaimana dikisahkan oleh gurunya. Gurunya melanjutkan pelajaran dengan menjelaskan nilai-nilai yang terkandung di dalam kisah tersebut. Bahwa kita harus kuat iman, menjadi pemuda harus berjuang menegakkan agama Allah apapun resiko yang dihadapi, meskipun nyawa harus dipertaruhkan.

Kisah dari gurunya tentang askhabul kahfi itu jugalah yang mungkin menggiring dirinya untuk berkereta api hingga ke Jakarta.

Sebentar ada kisah lanjutan. Setelah tidur selama 300 tahun lebih, hanya Allah yang tahu persisnya mereka dibangunkan. Mereka keluar gua dan mendapati masyarakatnya sudah berubah demikian juga pemerintahannya sudah berganti. Pemerintahan yang tadinya dzalim sudah menjadi pemerintahan yang adil seperti yang mereka harapkan.

Tunu termenung atas kisah lanjutan ini. Ia berpikir keras sekali. Allah menidurkan para pemuda itu kemudaian perubahan terjadi. Berarti Allah tidak membutuhkan dakwah para pemuda itu? Bukan-bukan begitu. Allah ingin mengamankan para pemuda itu agar selamat karena Allah menyayangi mereka.

Di masjid itu menghadapi Al Quran, dimukanya terbayang wajah Bapaknya yang sedang meracik bakso, tunu mendapatkan pelajaran. Allah yang maha besar itu mampu mengubah segala sesautu sesuai kehendaknya. Pengubahan Allah itu bisa melalui kita, bisa melalui orang lain, atau tidak melalui siapapun.

Dengan pemahaman seperti itu maka kita terhidar merasa menjadi faktor atas segala perubahan, bahkan merasa paling menjadi penentu atas suatu kejadian seperti yang selama ini ia alami. Dengan demikian, Tunu tidak merasa paling terbebani jika yang diusahan gagal, merasa bersalah yang berkelanjutan. Allah adalah segela penentu dan manusia hanyalah perantara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun