Mohon tunggu...
Muhajir Arrosyid
Muhajir Arrosyid Mohon Tunggu... dosen -

Warga Demak, mengelola tunu.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tadabbur Rindu (1)

11 April 2017   08:33 Diperbarui: 11 April 2017   08:52 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Tunu gundah dengan perilakunya selama ini. Seandanya ada orang bertanya kepada dirinya dimana arah menuju masjid, apa kira-kira yang akan ia jawab. Orang yang bertanya ini mau ke masjid, ia tidak tahu jalannya, sedangkan Tunu tahu jalan menuju masjid.

Tentu perbuatan yang logis dan bijak adalah menunjukkan jalan menuju masjid. Apa susahnya. Hal ini kemudian ia renungkan dan dia tarik ke masalah yang lebih luas, yang lebih kompleks, masalah agama misalnya.

Kepada orang tersesat apa yang telah Tunu lakukan. Tunu memperoloknya dan bahkan memarahinya. “Dasar orang sesat, laknat.” Tunu tidak berperilaku seperti kondektur angkot tadi yang memberi arah, menunjukan jalan agar Tunu sampai tujuan yaitu stasiun. Tunu senyum sendiri menemukan kesadaran itu, ternyata dirinya kalah dengan kondektur.

Kereta membawanya ke Jakarta medan perjuangan yang sesungguhnya. Hanya Allah yang menggerakkan hatinya untuk menuju lautan suci itu. Ia yakin jalan yang ia tempuh adalah jalan yang benar yang diyakini oleh saudara-saudaranya yang lain.

Di kereta itu Tunu berdo’a bagi teman-temannya, saudara-saudaranya dan juga Bapaknya yang belum mendapatkan kesadaran seperti dirinya. Dan hak orang yang dilecehkan adalah melawan. Tidak boleh dan tidak sopan bagi orang luar memaknai Al Quran. Sedangkan orang Islam sendiri diperangkati ilmu untuk menafsirkannya.

Jalan suci langkah suci. Besok, hujan atau panas dunia akan melihat betapa agungnya Allah dan umat Islam. Tidak boleh lagi ada yang meremehkan jika tidak ingin dilumat.

Di masjid. Seperti pesan bapaknya ia membuka Al Quran di sela-sela waktu. Ia kirimkan do’a untuk Bapak dan Ibunya. Ia ternyata salah, sebelumnya ia mengira bapaknya tidak sayang kepadanya, tetapi melihat adegan perpisahan kemarin ia menyimpulkan jika Bapaknya teramat sayang.

Ia membuka surat Al Kahfi, membacanya dari awal sampai akhir. Hatinya tentram sekali. Ia tidak paham maksud Bapaknya menyuruhnya membaca surat itu. Meskipun ia bisa membaca Al Quran lancar tetapi dia tidak tahu artinya. Meskipun begitu Tunu selalu merasa tenram sehabis membaca.

Tunu bertanya-tanya, mengapa Bapaknya menganjurkannya menderes Surat ke 18 belas dalam Al Quran yang terdiri dari 110 ayat tersebut. Tunu berusaha memahami. Meraba-raba simbul-simbul, mangaitkan satu sama lain, menebak-nebak teka-teki yang diberikan Bapak Tukang Bakso, yakni bapaknya sendiri. Kahf artinya gua, para penghuni gua. Gua itu melindungi dan menyembunyikan. Manusia di dalam gua yang gelap maka dia akan terlindung dari marabahaya. Tetapi sebaliknya, manusia di dalam gua tidak tampak, ia kehilangan eksistensinya, ia tidak dianggap ada. Penting mana dianggap ada tetapi dalam bahaya atau dianggap tidak ada tetapi aman?

Dalam Al Quran tidak disebutkan secara jelas jumlah pemuda yang tertidur pulas di dalam gua. Tunu mendapatkan secercah harapan dalam memahami teka-teki Bapaknya. Dalam surat itu ada pemuda, dia juga pemuda. Mungkin Bapaknya ingin dia belajar dari kisah para pemuda itu. Para pemuda itu adalah penyeru akidah, sama dengan yang sekarang dia lakukan. Dalam surat itu ada kisah lain yaitu kisah antara musa dan khidir. Musa yang tidak sabar selalu bertanya kepada khidir.

Aduh mengapa Allah memerintahkan Raqim si Anjing untuk menjaga para pemuda itu? Mengapa bukan kambing, atau apalah. Mengapa anjing? Sampai sekarang Tunu tidak paham dengan hal itu. Selama ini dia menjahui anjing. Anjing adalah hewan yang najis. Jangankan dimakan, menyentuhnya saja harus bersuci secara khusus. Ini juga teka-teki yang harus ia pecahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun