Marhaban ya Ramadhan.
Di Bantaeng, Ramadhan ku mulai dengan tausiyah dan doa bersama di Mesjid Agung. Terasa nian aura bulan suci. Pada usia 37 ini, baru kembali kurasakan "angin aneh" tapi menyejukkan itu, terakhir aku merasakannya sewaktu masih kelas 3 SMP.
Di mesjid-mesjid setiap malam khatib berceramah, baik yang khusyuk maupun yang banyak bergurau dalam ceramahnya bahkan ada da'i cilik yang tak mampu menyelesaikan ceramahnya. Mungkin kehabisan bahan. Tapi yang penting suasana Ramadhon meriah. Ok.
Tarwih dilakukan berjamaah dipimpin imam yang beragam, ada yang sedang-sedang saja, ada yang cepat bahkan ada yang khusyuk seolah-olah menikmati suaranya sendiri sehingga lupa bahwa dibelakang ada jamaah yang sudah udzur.
Mereka memaparkan tentang banyak hal yang mesti di tahan dibulan ini. Kita sama tahulah itu. Hanya saja saya jadi terpikir : "mengapa Tuhan menyuruh kita berpuasa?".
Kubuka kamus dan ku ingat kembali wejangan ustad Bakri, "dik, puasa itu artinya menahan segala keinginan".
Keinginan! kita manusia memang punya banyak keinginan bahkan selalu melampaui kebutuhan, apalagi yang memang punya bakat serakah. Pasti menderita dia.
Subuh ini, aku berdiri dari meja makan. Sayup-sayup suara dari TV. Seorang ustad terdengar membaca sebuah hadist,
"seandainya jika bukan karena binatang yang melata dimuka bumi dan bayi-bayi yang menyusui pada ibunya, sudah aku luluh lantakkan bumi dengan segala isinya karena dosa yang telah mereka lakukan." (maaf kalau salah redaksi). Artinya????
Tuhan sebegitu marahnya karena dosa kita manusia yang sudah melampaui batas, tetapi Allah SWT juga begitu sayang kepada kita. Allah menahan 'tangan-Nya' untuk tidak menghajar kita dengan kekuatan- Nya yang tak terbilang. Kita sudah terancam dihancurkan tapi kita masih juga tertawa-tawa membuat panjang daftar dosa, ada yang korupsi, merampok di bulan Ramadhan, main petasan, membuat ijazah palsu demi mewujudkan keserakahan dan ambisi berkuasa dll. Tapi Allah masih melihat ada sudut-sudut kehidupan yang pernah diciptakan-Nya yang masih menjadi pertimbangan Beliau menarik kembali murka-Nya.
Artinya apa, kita diperintah berpuasa karena Allah saja 'berpuasa' terhadap kita. Coba bayangkan kalau Allah yang sementara marah lantas 'berbuka'. Jadi dendenglah kita-kita ini.