Mohon tunggu...
Mugiarni Arni
Mugiarni Arni Mohon Tunggu... Guru - guru kelas

menulis cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nak, Makan Siang dengan Semangkok Daun Kelor

6 Juli 2023   11:37 Diperbarui: 6 Juli 2023   12:29 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen 

Nak, Makan Siang dengan Semangkok Daun Kelor

Karya: Mugiarni 

Suatu pagi di desa kecil, Nara, seorang gadis berusia sepuluh tahun, terbangun dengan harapan tinggi. Ia ingat janji ibunya, Ibu Nara, bahwa suatu hari mereka akan makan siang bersama dan mencicipi semangkuk daun kelor yang khas. Namun, ibunya adalah seorang jurnalis yang sibuk dan jarang memiliki waktu luang. Setiap hari, Nara melihat ibunya sibuk bekerja di depan komputer atau keluar meliput berita.

Namun, Nara tidak menyerah. Dia selalu berusaha untuk membantu ibunya sebisa mungkin dengan tugas-tugas rumah tangga. Nara rajin membersihkan rumah, mencuci piring, dan menyiapkan makanan kecil untuk ibunya. Ia berharap dengan segala upayanya, suatu hari ibunya akan mendapatkan waktu untuk meluangkan waktu bersama.

Hari demi hari berlalu, dan Nara semakin berharap hari libur akan tiba. Saat akhirnya tiba hari libur yang dinanti-nantikan, Nara sangat bersemangat. Ia melihat ibunya di meja kerja, tampak sedikit lebih santai dari biasanya. Dengan mata berbinar, Nara mendekati ibunya.

"Ibu, ingatkah Ibu janji Ibu akan memasak daun kelor untuk kita saat tiba hari libur?" Nara bertanya dengan antusias.

Ibu Nara tersenyum lembut dan mengangguk. "Tentu, Nak. Aku ingat janjiku. Hari ini, kita akan menghabiskan waktu bersama dan menikmati makan siang dengan semangkuk daun kelor."

Nara sangat senang mendengar itu. Mereka berdua segera pergi ke kebun belakang rumah, di mana daun kelor tumbuh subur. Nara membantu ibunya memetik daun kelor yang segar sambil membagikan cerita-cerita kecil tentang kegiatan di sekolahnya.

Namun, ketika mereka kembali ke dapur, Nara melihat Ibu Nara mengambil ponselnya dan memandanginya dengan serius. Ibu Nara tampaknya menerima panggilan penting yang mendesak dari kantor berita. Tatapannya berubah serius, dan wajahnya penuh kekhawatiran.

"Nak, aku minta maaf. Ternyata ada berita penting yang harus aku liput," kata Ibu Nara dengan penuh penyesalan. "Aku tahu ini bukan yang kita harapkan, tetapi aku harus pergi."

Nara merasa kecewa, tetapi ia tahu bahwa pekerjaan ibunya adalah penting. Dia mencoba menahan kekecewaannya dan berkata dengan lembut, "Tidak apa-apa, Ibu. Pergilah dan selesaikan pekerjaanmu. Aku mengerti."

Ibu Nara menggenggam tangan Nara dengan erat dan berkata, "Terima kasih, Nak, atas pengertianmu. Aku berjanji kita akan menikmati makan siang bersama dengan daun kelor suatu ketika nanti waktu kita tepat, tanpa gangguan. Aku akan memasak daun kelor untukmu dan kita akan benar-benar menikmatinya bersama."

Nara tersenyum kecil, mencoba menghibur ibunya. "Aku tahu, Ibu. Pekerjaan Ibu sangat penting. Kita bisa menunda makan siang dengan daun kelor sampai waktu yang lebih baik. Yang terpenting, Ibu sehat dan selamat."

Ibu Nara tersentuh dengan kebijaksanaan dan kedewasaan Nara. Ia menyadari betapa beruntungnya memiliki anak yang begitu pengertian. Dia memeluk Nara erat-erat dan berkata dengan penuh cinta, "Terima kasih, Nak. Aku sangat bersyukur memiliki anak sepertimu. Kita akan menikmati makan siang dengan daun kelor suatu saat nanti, aku janjikan."

Walaupun makan siang dengan semangkuk daun kelor harus ditunda, hubungan ibu dan anak tersebut tetap kuat. Mereka belajar bersama bahwa dalam hidup, terkadang rencana harus berubah, tetapi yang terpenting adalah saling mendukung dan menghargai.

Hingga suatu hari, setelah sekian lama, saat Ibu Nara memiliki waktu luang yang langka, mereka berdua akhirnya bisa menikmati makan siang yang mereka impikan. Di bawah naungan pohon kelor, mereka duduk berdua sambil berbagi tawa dan cerita, memadati semangkuk daun kelor dengan penuh kebahagiaan.

Dalam momen itu, Nara merasakan betapa berharganya waktu bersama yang mereka lalui. Mereka merasakan kelezatan daun kelor yang mengingatkan mereka akan janji dan kebersamaan yang sempat tertunda. Setiap suapan adalah pelukan dan kelembutan dari ibunya.

Dari hari itu, Nara dan Ibu Nara menyadari bahwa meskipun hidup kadangkala tidak selalu seperti yang diharapkan, kekuatan keluarga dan cinta mereka selalu ada untuk mengatasi setiap konflik dan kekecewaan.

******

Kehidupan terus berjalan, dan Nara tumbuh menjadi seorang wanita muda yang penuh semangat. Ibu Nara juga terus meliput berita, tetapi ia belajar menyeimbangkan pekerjaannya dengan waktu yang dihabiskan bersama Nara. Mereka merencanakan momen khusus setiap bulan untuk meluangkan waktu bersama dan mempererat hubungan mereka.

Setiap kali mereka mengingat kembali makan siang dengan semangkuk daun kelor yang tertunda, mereka tersenyum dan bersyukur atas perjalanan hidup yang telah mereka lalui bersama. Daun kelor menjadi simbol kekuatan, keberanian, dan ketekunan mereka dalam menghadapi tantangan.

Nara dan Ibu Nara tidak hanya menghabiskan waktu bersama di bawah pohon kelor, tetapi mereka juga menjadikan daun kelor sebagai bahan utama dalam hidangan yang mereka masak bersama. Mereka menggali resep dan kreativitas mereka untuk menciptakan hidangan lezat yang menghormati janji mereka yang telah terlaksana.

Ketika Nara memasak daun kelor dengan Ibu Nara, mereka merasakan kebahagiaan yang tak tergantikan. Setiap suapan adalah bukti dari cinta, perjuangan, dan ikatan yang tak terpisahkan antara seorang ibu dan anaknya.

Sekarang, Nara telah menjadi seorang jurnalis muda yang berbakat, mengikuti jejak ibunya. Ibu Nara melihat dengan bangga bagaimana Nara mengejar mimpinya dan menggunakan kekuatannya untuk memberikan suara kepada mereka yang tidak terdengar.

Ketika mereka berdua duduk bersama dan menikmati makan siang dengan semangkuk daun kelor, mereka merayakan pencapaian mereka dan mengingat semua konflik dan perjalanan yang telah mereka hadapi bersama. Mereka menghargai setiap momen dan mengisi hidup mereka dengan cinta, kebahagiaan, dan harapan untuk masa depan yang cerah.

Kita belajar bahwa janji dan waktu bersama adalah hal yang berharga dalam sebuah keluarga. Meskipun terdapat konflik dan hambatan dalam hidup, dengan cinta, kesabaran, dan pengertian, kita dapat mengatasi segala tantangan. Makan siang dengan semangkuk daun kelor menjadi simbol kekuatan keluarga dan kenangan indah yang akan selalu dikenang oleh Nara dan Ibu Nara dalam perjalanan hidup mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun