"Nak, aku minta maaf. Ternyata ada berita penting yang harus aku liput," kata Ibu Nara dengan penuh penyesalan. "Aku tahu ini bukan yang kita harapkan, tetapi aku harus pergi."
Nara merasa kecewa, tetapi ia tahu bahwa pekerjaan ibunya adalah penting. Dia mencoba menahan kekecewaannya dan berkata dengan lembut, "Tidak apa-apa, Ibu. Pergilah dan selesaikan pekerjaanmu. Aku mengerti."
Ibu Nara menggenggam tangan Nara dengan erat dan berkata, "Terima kasih, Nak, atas pengertianmu. Aku berjanji kita akan menikmati makan siang bersama dengan daun kelor suatu ketika nanti waktu kita tepat, tanpa gangguan. Aku akan memasak daun kelor untukmu dan kita akan benar-benar menikmatinya bersama."
Nara tersenyum kecil, mencoba menghibur ibunya. "Aku tahu, Ibu. Pekerjaan Ibu sangat penting. Kita bisa menunda makan siang dengan daun kelor sampai waktu yang lebih baik. Yang terpenting, Ibu sehat dan selamat."
Ibu Nara tersentuh dengan kebijaksanaan dan kedewasaan Nara. Ia menyadari betapa beruntungnya memiliki anak yang begitu pengertian. Dia memeluk Nara erat-erat dan berkata dengan penuh cinta, "Terima kasih, Nak. Aku sangat bersyukur memiliki anak sepertimu. Kita akan menikmati makan siang dengan daun kelor suatu saat nanti, aku janjikan."
Walaupun makan siang dengan semangkuk daun kelor harus ditunda, hubungan ibu dan anak tersebut tetap kuat. Mereka belajar bersama bahwa dalam hidup, terkadang rencana harus berubah, tetapi yang terpenting adalah saling mendukung dan menghargai.
Hingga suatu hari, setelah sekian lama, saat Ibu Nara memiliki waktu luang yang langka, mereka berdua akhirnya bisa menikmati makan siang yang mereka impikan. Di bawah naungan pohon kelor, mereka duduk berdua sambil berbagi tawa dan cerita, memadati semangkuk daun kelor dengan penuh kebahagiaan.
Dalam momen itu, Nara merasakan betapa berharganya waktu bersama yang mereka lalui. Mereka merasakan kelezatan daun kelor yang mengingatkan mereka akan janji dan kebersamaan yang sempat tertunda. Setiap suapan adalah pelukan dan kelembutan dari ibunya.
Dari hari itu, Nara dan Ibu Nara menyadari bahwa meskipun hidup kadangkala tidak selalu seperti yang diharapkan, kekuatan keluarga dan cinta mereka selalu ada untuk mengatasi setiap konflik dan kekecewaan.
******
Kehidupan terus berjalan, dan Nara tumbuh menjadi seorang wanita muda yang penuh semangat. Ibu Nara juga terus meliput berita, tetapi ia belajar menyeimbangkan pekerjaannya dengan waktu yang dihabiskan bersama Nara. Mereka merencanakan momen khusus setiap bulan untuk meluangkan waktu bersama dan mempererat hubungan mereka.