. . .
Aku tersadar, sesungguhnya kakekku telah siap menyambut panggilan Sang Pencipta. Beliau dengan sangat baik menyiapkan kematiannya. Beliau menyiapkan kematian yang mulia. Kematian adalah sesuatu yang membuat bulu kuduk berdiri. Tapi dalam hidup, menjadi satu-satunya hal yang pasti terjadi. Aku pun takut mati. Tapi tak mungkin kuhindari. Satu-satunya hal yang bisa kulakukan adalah menyiapkan diri. Agar aku tak sendiri saat mati. Aku harus berusaha agar saat Izrail datang, orang-orang sukarela datang menghampiri. Menghantarkan tubuh ini, kembali ke peristirahatannya yang abadi. Dan kini aku mampu mengingat, apa tujuanku terlahir ke dunia ini. Aku lahir lalu hidup untuk mempersiapkan mati. (Mufid)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H