Mohon tunggu...
Tari Abdullah
Tari Abdullah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama lengkap Mudjilestari tapi lebih sering disapa dengan Tari Abdullah profesi sebagai penulis, conten creator, dan motivator. Ibu dari 4 anak berstatus sebagai single parent. Berdarah campuran sunda - jawa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sepotong Doa Di Gerbong KRL

11 Mei 2020   03:49 Diperbarui: 11 Mei 2020   03:46 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maaf," ujar Affan ketika menyadari tangannya menyentuh tangan Khalisa. Ditariknya tangannya segera. Khalisa yang tersipu pun melakukan hal sama. Lalu keduanya tertawa.

Affan memungut buku-buku yang berserakan dan dengan sigap menyerahkan pada Khalisa.

"Lain kali hati-hati," pesan Affan.

"Ma kasih," jawab Khalisa. Tak sengaja pandangannya menyapu wajah laki-laki itu, wajah putih dengan sepasang mata yang tajam, dan sepasang alis yang melekung sempurna bertahta di atas wajahnya. Hidung mancung dan bibir yang  kemerahan bernaung di bawah kumis tipis yang berbaris rapi.  Duhai sungguh ciptaan Allah yang sempurna.

Khalisa ingin berlama-lama menikmati keindahan wajah laki-laki itu, tapi nuraninya menampar keras. Tak layak seorang gadis memandang laki-laki dengan kekaguman yang bukan menjadi haknya. Khalisa segera menundukkan pandangannya.

"Khalisa, kamu nggak apa-apa?" tanya Affan cemas ketika melihat Khalisa hanya terdiam sambil jongkok memeluk buku-bukunya.

"Eh.. Iya. Aku nggak apa-apa, kok," jawabnya gugup, segera berdiri sambil merapikan ujung gamisnya.

"Syukurlah." Laki-laki itu nampak lega

"Apakah aku boleh mengantarmu pulang? Kamu kelihatan kurang sehat."

Degggg

Jantung Khalisa serasa berhenti berdetak beberapa detik. Tak salahkan pendengarannya? Atau barangkali dirinya sedang bermimpi? Diinjaknya ujung kaki kirinya dengan kaki kanannya. Sakit... itu artinya ia sedang tidak bermimpi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun