Mohon tunggu...
Tari Abdullah
Tari Abdullah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama lengkap Mudjilestari tapi lebih sering disapa dengan Tari Abdullah profesi sebagai penulis, conten creator, dan motivator. Ibu dari 4 anak berstatus sebagai single parent. Berdarah campuran sunda - jawa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sepotong Doa Di Gerbong KRL

11 Mei 2020   03:49 Diperbarui: 11 Mei 2020   03:46 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/sepotong doa/photo:doc.pri

Bulan berganti, entah sampai kapan Khalisa bertahan dengan pencariannya. Bahkan Rindang sudah mulai bosan membersamainya. Tujuan yang tak pasti dan kegiatan lainnya membuatnya merasa lelah menemani sahabatnya.

Pagi itu suasana auditorium cukup ramai. Kampus tempat Khalisa mengadakan bazar murah menyambut Ramadhan. Khalisa nampak sibuk mengatur stand kerajinan tangan yang di buatnya bersama Rindang.

Suasana panas dan pengap mulai menjalar. Pengunjung pun mulai memadat. Hidung Khalisa mulai bereaksi, tak kuasa menyembunyikan alergi. Dan bersin tak mampu ia tahan apalagi menolak.

"Alhamdulillah," syukur Khalisa setelah bersin.

"Yarhamukillah." Seseorang menjawab dengan doa. Tubuh Khalisa mengejang, suara itu.... Suara yang sama dengan suara yang pertama kali didengar di gerbong KRL siang itu.

"Yahdikumullah,"  ucap Khalisa lirih, tiba-tiba dadanya bergemuruh hebat saat ekor matanya menangkap sosok laki-laki berjaket almamater biru yang selama ini ia cari.

Hidung Khalisa seperti tak kenal kompromi, rasa gatal mendesak menuntut untuk dikeluarkan, tanpa bisa menahan Khalisa bersin lagi.

"Alhamdulillah," ucapnya sambil menutup hidung dengan tangan kanannya,  ia merasa ada cairan kental yang ikut melesat keluar, tangan kirinya panik mengaduk-aduk isi tasnya mencari tissue.

"Yarhamukillah." Suara itu begitu dekat, Khalisa menoleh. Dan seketika jantungnya seperti berpacu di arena balap motor. Laki-laki berjaket almamater biru itu telah ada di sampingnya. Muka Khalisa memerah, antara malu dan menahan hidungnya yang tak mengenal etika, dan Khalisa benar-benar tak bisa menahan. Ia bersin lagi.

Kali ini laki-laki itu menyodorkan sebungkus tissue pada Khalisa, malu-malu Khalisa mengulurkan tangan mengambil tissue yang disodorkan. Ia mengangguk sambil tersipu. Pipinya yang putih seketika merona, Khalisa menunduk berusaha meredakan debaran di dadanya yang tak lagi beritme.

Rindang menyikut Khalisa yang tertunduk sibuk menenangkan detak jantungnya yang terus menghentak-hentak. Khalisa menoleh salah tingkah, ia bahkan terlalu sibuk dengan debaran hatinya hingga lupa mengucapkan terima kasih. Dan ketika ia mengangkat wajahnya, laki-laki berjaket almamater biru itu sudah tak nampak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun