Mohon tunggu...
Muchwardi Muchtar
Muchwardi Muchtar Mohon Tunggu... Jurnalis - penulis, pelaut, marine engineer, inspektur BBM dan Instruktur Pertamina Maritime Center

menulis, membaca, olahraga dan presentasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nama Sumur Minyak untuk Tanker-tanker Pertamina

9 Desember 2024   00:31 Diperbarui: 11 Desember 2024   10:41 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PimRed KEMUDI, Muchwardi Muchtar (2001-2005), foto dokumentasi pribadi MM

Kembalikan Tanker Pertamina Bernamakan Sumur Minyak

Oleh Muchwardi Muchtar

Peserta rapat (Rabu, 16-9-2009) kaget, karena salah seorang anggota "tim pembangunan kapal baru"  (TPKB) menyampaikan kepada Pimpinan Rapat, bahwa mantan Pimpinan Redaksi majalah KEMUDI Perkapalan Pertamina dalam statemennya via e-mail kepada "anggota TPKB" tersebut, menyatakan bahwa kapal tanker yang bulan depan akan "diguntingpitakan pemberian namanya" di galangan Tsuneishi-Jepang, perlu diganti. Nama Gunung Geulis  yang diberikan kepada tanker baru milik Pertamina ini tidak mengikuti "pakem nama kapal" yang selama ini ada di Pertamina.

Suasana rapat riuh. Para pakar bangunan kapal di fungsi Kordinator Pembangunan Kapalbaru (KPK) Pertamina, menolak usulan mantan Pimred KEMUDI via e-mail tersebut. "Tidak sesederhana itu untuk mengubah nama sebuah tanker yang jauh-jauh hari (6 bulan sebelumnya) sudah mendaftarkan TBN sebuah kapal".

***

Semenjak perusahaan minyak nasional yang bernama Pertamina berdiri, setiap memberi nama kapal tanker ---para founding father Pertamina--- selalu mengambil nama-nama sumur atau ladang minyak yang pernah ada di Indonesia. Meski konvensi ini tidak ada Surat Keputusan Dirutnya, namun pemegang kebijakan di Bidang Perkapalan ---yang tadinya bernama Direktorat Perkapalan, Kebandaran dan Komunikasi Pertamina (Dit. PKK Pertamina, 1975-2000)--- selalu taat mengikuti ketentuan tersebut.

Belum pernah dalam sejarah Pertamina (semenjak pertama kali memiliki tanker sendiri 8 Agustus 1959) nama kapal diberi "seenak dewek" mereka yang ditugaskan untuk negosasi atau merancang bangun tankernya. Hebohnya menjelang peluncuran kapal baru bernama MT. Gunung Geulis alias MT. Pertamina 8004 (107.538 DWT) di atas, adalah karena adanya nama kapal yang asing bagi kuping orang Pertamina yang paham sejarah. Dan sebentuk oto kritik diberikan oleh seorang pekerja Pertamina yang beberapa tahun diberikan ekstra job selaku Pimpinan Redaksi media informasi dan komunikasi Perkapalan Pertamina yang bernama Majalah KEMUDI.

 Terjadinya kekhilafan pemberian nama tanker baru Pertamina (dengan mengacu kepada sistership MT. Geudondong / Pertamina 8001, MT. Gebang / Pertamina 8002  dan MT. Gunung Kemala / MT. Pertamina 8003) mungkin karena pekerja yang terlibat dalam proses pembuatan tanker milik Pertamina tidak tahu kenapa setiap tanker milik yang dibangun mesti diberi nama sumur/ ladang minyak di Indonesia. Atau bisa jadi insinyur-insinyur muda yang (mulai) pegang kendali di Bidang Perkapalan Pertamina (2009), terlupa diberitahu seniornya yang sudah pada pensiun, bahwa ada konvensi ---semenjak zaman Ibnu Sutowo 1968-1976--- dalam memberikan nama tanker milik Pertamina harus mengacu pada nama-nama ladang minyak Indonesia.

Filosofi dibalik pemberian nama kapal tanker milik Pertamina harus memakai nama-nama ladang minyak di Indonesia adalah menyangkut keabadian. Dalam pepatah lama dikatakan, "tak kenal maka tak sayang". Lagi pula jika tidak Pertamina sendiri yang mempoplerkan nama-nama ladang minyak di Indonesia (baik yang masih berproduksi maupun hanya tinggal nama) siapa lagi? Dan, yang lebih penting lagi dibalik "arahan" founding father Pertamina (Ibnu Sutowo) tersebut, memberikan nama-nama ladang minyak buat  tanker Pertamina akan menimbulkan sinerji solid lintas direktorat di Pertamina. Hasil kerja "pertamina hulu" dalam menemukan ladang minyak diabadikan namanya oleh "pertamina hilir" di lambung atau di atas kabin tanker-tanker Indonesia yang melanglang buana lintas samudra, betapa indahnya. Efek jangka panjangnya, tentu nama-nama ladang minyak tersebut akan bisa dikenang oleh generasi penerus.

PimRed KEMUDI, Muchwardi Muchtar (2001-2005), foto dokumentasi pribadi MM
PimRed KEMUDI, Muchwardi Muchtar (2001-2005), foto dokumentasi pribadi MM

***

Dengan alasan nama Gunung Geulis sudah terdaftar di galangan  Tsuneishi-Jepang, dan sudah ada nomor registrasi IMO-nya, maka terjadilah sebuah "penyimpangan dari konvensi" yang tampaknya berlanjut hingga hari ini. Padahal kalau saja para "generasi penerus" di Pertamina Shipping (2009) tersebut tahu, bahwa  Geudondong adalah nama ladang minyak di Aceh, Gebang adalah nama ladang minyak di Cirebon, dan Gunung Kemala adalah nama ladang minyak di Prabumulih, tentu tidak akan ada yang memberikan nama hotel (Hotel Gunung Geulis, Bogor) tempat mereka biasa konsinyering menyiapkan "proposal kapal baru" untuk tanker MT. Pertamina 8004 tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun